Langsung ke konten utama

Study Tour Exist'08 (9)

Hari ke Sembilan…

Lelah berjalan semalam baru terasa. Bangun tidur bermalas-malasan dan baru menyadari penunjuk waktu sudah di pukul 09.30. Saya lalu bergegas mandi tanpa membangunkan teman sekamar lebih dahulu. Melihat mereka sedang tertidur pulas membuat saya tak tega membangunkannya. Apalagi mengingat betapa lelahnya kami menyusuri jalan berkilo-kilo meter semalam.
Saya baru membangunkan mereka setelah selesai mandi. Yang lain bergiliran mandi. Lalu, setelah kami semua siap, kami pun segera jalan kembali menyusul teman-teman di kamar lain yang telah lebih dulu memulai perjalanan siang itu. Saya dan salah satu teman sekamar memilih sarapan dulu di depan hotel. Ada rumah makan Padang disana, insya Allah halal. Sementara dua teman sekamar kami memilih langsung ke Joger yang letaknya tak jauh dari hotel kami.
Setelah sarapan, barulah kami menyusul ke Joger. Sempat berpapasan dengan beberapa teman yang mengingatkan ke kami bahwa beberapa jam lagi kami akan check out dari hotel. Kami bergegas ke Joger dan bertemu dengan dua teman sekamar kami. Setelah sibuk berbelanja, kami pun kembali ke hotel. Ternyata, semua teman sudah siap, dan tinggal kami berempat yang ditunggu. :P
Pindah hotel…
Kali ini hotel kami berada di jalan Legian, masih di Kuta, Agung Cottage. Tak jauh dari monumen bom Bali. Rombongan kami harus turun dari bus untuk melanjutkan perjalanan dengan shuttle bus, dikarenakan ukuran bus kami yang sangat tidak sesuai digunakan untuk melewati jalan Legian. Setibanya di hotel, barang-barang kembali dibawa ke kamar masing-masing. Teman sekamar saya berkurang satu. Maya pindah kamar lagi :(. Tapi, berganti dengan Tria :).
Ada kolam renang di bagian tengah hotel tersebut. Dan, ada orang asing yang sedang berjemur. Agak risih juga melihatnya. Tahu maksudnya?? :-& Untung bukan gadis muda jadi tak terlalu berpengaruh pada kami yang berlalu-lalang lah. Tidak bisa membayangkan betapa risihnya orang asing itu, terganggu berjemur karena kami terus melintas di hadapannya untuk membawa barang-barang kami. Padahal ada jalan lain selain melalui tepi kolam renang itu. Mana kami tahu… hhe :D
Sudah lewat tengah hari saat kami tiba di hotel. Jadinya, saya dan teman-teman menunggu selesai Ashar saja untuk memulai jalan kembali. Setelah selesai sholat Ashar, membereskan diri dan barang-barang bawaan kami kembali, kami mulai jalan lagi!! Sore itu saya berjalan dengan Mini, Maya, Kidung, Idham, dan Inchy. Sebenarnya, jadwal kami hari itu adalah ke pasar Sukowati bersama teman-teman serombongan. Tapi, karena harus berpindah hotel, rasanya waktu tak cukup lagi untuk kesana. Jadi, ke Sukowati-nya besok saja.
Kami menyusuri jalan Legian sore itu. Sempat singgah untuk berfoto di monumen bom Bali. Seorang teman mengatakan baru tenang datang ke Bali jika sudah mendatangi tempat itu. Idham-lah, teman yang sejak semalam sudah berkeinginan kesana. Perjalanan berlanjut, kali ini kami tanpa teman yang bisa menunjukkan jalan ke kami. Kami hanya terus berjalan. Dan, menemukan pantai Kuta. Menghabiskan sore disana. Kehilangan Idham yang entah tersangkut dimana. Sempat bertemu dengan beberapa teman kami yang lain, Ola, Lowly, dan Dewe. Berfoto-foto lagi. Bermain ombak lagi. Lalu, berpisah dengan tiga teman kami yang ternyata menggunakan sepeda motor untuk kesana tadi.
Di perjalanan pulang kami ke hotel, kami singgah makan malam di Ayam Goreng Kentucky. Insya Allah, halal… :). Keempat teman saya memilih makan disana. Sementara saya membawa pulang ke hotel sebab takut keram jika harus berjalan jauh lagi setelah makan malam. Sempat berlama-lama disana, sebab tempatnya tidak terlalu ramai di lantai dua-nya. Serasa hanya kami pelanggannya disana. Hhe. Pulang ke hotel… makan malam. Membereskan barang-barang. Lalu, tidur… Zzz…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan