Langsung ke konten utama

Study Tour Exist'08 (5)

Hari kelima…

Karena pulang sangat larut pada malam harinya, sama seperti kemarin, beberapa teman kami bangun kesiangan. Mungkin cuaca saat itu juga berpengaruh. Hujan yang memberi efek malas berbuat apapun. Hujan deras juga membuat kami terhalang untuk masuk pada gedung di kunjungan pertama kami. Padahal, kami sudah berada di depan gedung tersebut tiga puluh menit lamanya. Takut sakit sedang rangkaian study tour kami masih lama selesainya, maka kami menunggu di bus hingga hujan agak mereda.
Oh, iya… kunjungan kami hari ini, Lembaga Sensor Film. Disana kami diberi penjelasan tentang pentingnya penyensoran sebuah tayangan film/sinetron yang ditayangkan di bioskop maupun di televisi. Kami juga sempat diperlihatkan beberapa tayangan yang disensor. Mulai dari yang mengandung unsur pornografi, menyinggung/melecehkan SARA, sampai yang mengandung kekerasan yang teramat sadis. :-&
Setelah itu, ada sesi tanya jawab yang sayangnya hanya dibatasi untuk tujuh orang penanya. *padahal biar sebanyak apapun tidak aka nada saya di antara penanya itu* ^^v… Lalu, makan siang!! (hungry) Ada mbak Rika, bang Uda, bang Gegen, dan beberapa kanda KKU lainnya.
Sekitar Pukul 14.00 kami meninggalkan tempat itu. Lalu, kunjungan selanjutnya… Ambasador!! *belanja lagi* (haha). Berbelanja selama tiga jam, lalu berkumpul lagi, ke bus dan pulang ke wisma. Kejadian yang lucu, bukan saat kami berbelanja disana. Tapi, sepulang kami dari sana. Bus kami sudah datang, sementara teman-teman kami belum lengkap. Beberapa memang sempat berpisah karena ada urusan di tempat lain. Tapi, benar-benar ada teman kami yang tertinggal. Itu karena mereka kembali tempat perbelanjaan tersebut, padahal sudah sempat keluar. Tapi, kembali masuk karena tergoda dengan beberapa belanjaan teman. -_-
Mungkin, kami bisa saja menunggu dua teman yang ketinggalan itu, seandainya bus kami bisa berhenti dan parkit disitu. Sayang, bus kami berada pada tempat yang rawan macet. Jadilah bus kami berjalan dulu, sementara kedua teman itu kami hubungi untuk menunggu tepat di tempat bus kami tadi berhenti. Bus kami lalu berjalan lalu berputar lagi, kembali ke jalan yang tadi untuk menjemput kedua teman tadi. Benar seperti dua orang yang mengejar-ngejar kopaja di ibukota itu. Dua orang yang salah satunya benar-benar mengejar karena takut tertinggal, sedang satunya lagi memilih berjalan lambat, anggun, dan sangat cantik. *minta dicakar ini yang satu*
Kembali ke wisma, menunggu farewell dinner bersama KKU. Setiba di wisma, saya langsung tertidur begitu bertemu dengan boneka hijau yang kubawa dari rumah. Boneka yang sangat cocok dijadikan bantal. Boneka hadiah ulang tahun ke-18 dari kakakku. Tertidur dan terbangun dengan tidak menyenangkan karena kaget melihat penunjuk waktu sudah mengarah ke pukul 21.00. Langsung ke kamar mandi, cuci muka dan sebagainya.
Terdengar suara beberapa teman yang sedang mengobrol di ruang tengah, tepat di depan kamar yang saya tempati. Sempat mengira suara itu berasal dari perbincangan antara teman dan kanda KKU. Sempat mengira saya terlambat datang makan malam. Tapi, ternyata saya salah mengira. Kanda-kanda KKU belum datang. Syukurlah… ^^
Kanda-kanda KKU pun datang. Ada Bang Gegen, Bang Uda, mbak Mira, Kak Tima, Kak Tiur, dan Bang Chepy. Diberi makan malam lagi, Alhamdulillah. Setelah makan malam, kanda-kanda sempat tinggal sejenak sekedar berbagi cerita. Berbagi pengalaman tentang kehidupan mereka di ibukota. Beberapa teman juga sempat mewakili kami mengucapkan terimakasih atas penyambutan KKU yang sangat baik atas kehadiran kami disana serta atas bantuan yang begitu besar dalam menyukseskan Study Media kami disana, serta maaf atas segala kekurangan kami.
Oh, iya… di farewell dinner ini, sempat dapat kabar kalau Kak Tima mau nyusul kami ke Bali. Tapi, masih mau cari tiket dulu. Hhihihi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan