Langsung ke konten utama

Kembali ke Makassar

15 Juli 2010

Kembali memulai hari di kota sendiri, setelah selama 11 hari Study Tour (Study Media) di Jakarta dan Bali. Masih agak lelah, memang. Tapi, janji pada seorang kakak di kampus menunggu untuk ditepati. Meski telah lewat 3 jam dari janji sebelumnya. Maaf, kakak!!
Setiba di kampus, masih di sekitar koridor rumah kecil biru-merah, ditagih oleh-oleh tentunya. Tapi, maaf……. Karena satu dan lain hal, mohon dimaklumi saya punya keterbatasan dalam membawa oleh-oleh. Harap bisa dimengerti dengan baik maksudnya. Tidak bermaksud membeda-bedakan. Hanya saja, saya tak cukup punya ‘sesuatu hal penting’ yang membuat saya bisa mengangkut oleh-oleh tersebut. Maaf, maaf!!

Ok!! Setelah membantu kakak yang kini memiliki tanggung jawab ‘berganda’ tersebut untuk mengurusi ini-itu di birokrasi yang membuatnya kesal setengah mati, kami pun kembali ke koridor rumah kecil itu. Lalu, masuk ke laboraturium audio-visual, melihat-lihat teman-teman yang ikut pelatihan Jurnalistik TV (oleh Baruga dan Broadcast). Tak tahu mau bikin apa disana, kecuali diam saat ada perekaman oleh team pelatihan tersebut, saya pun mencoba ‘bermain’ dengan akun jejaring social seorang teman. Hhe, maaf teman!! ^^
Sore hari, menjelang maghrib, kakak yang tadi kutemani mengajak pulang. Lalu, pulanglah kami!! Sementara teman-teman pelatihan Jurnalistik TV masih berkutat dengan tugas mereka. Maaf, harus pulang duluan…

Kukatakan pada kakak itu, saat menghirup udara kampus dalam-dalam…
“Rindu ka sama udara ini!”
“Ah, baru sepuluh hari kau pergi, rindu mko?! Nanti juga bosan jko kayak saya!!”
*kurang lebih seperti itu*

Mungkin, beliau terlalu sibuk dengan urusan ini-itu, sampai flu segala macam!! (doh) Berharap bisa membantu kakak sebanyak yang saya mampu. Amin… *tidak enak hati meninggalkannya berlama-lama dengan salah satu tanggung jawab yang seharusnya ditanggung oleh saya*

Lalu, pulang… turun dari pete-pete kampus dan lanjut ke pete-pete berikutnya di seberang jalan. Kupilih untuk tidak langsung melanjutkan perjalanan pulang dengan singgah membeli gorengan untuk dimakan dijalan. *juga salah satu hal yang kurindukan*

Mungkin, ada benarnya pergi sejenak untuk bisa merindukan beberapa hal yang sempat menjenuhkan. Pergi kadang membuat kita rindu dan merasa sesuatu itu penting saat kita kehilangan kesempatan untuk merasakannya lagi. Pergi sejauh jarak yang kemarin, sempat membuat saya merasa tak akan merasakan beberapa hal lagi. Takut kehilangan. Takut tak bisa pulang untuk merasakannya lagi.
Agak berlebihan, memang. Tapi, jarak kemarin jarak terjauh yang pernah kutempuh untuk meninggalkan semua ‘rumah’ sejenak. Karena rumah adalah tempat yang membuat kita nyaman dan betah berada di dalamnya, maka saya punya banyak ‘rumah’ yang membuatku bersyukur bisa merasakannya lagi. Terimakasih, Tuhan. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...