Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Kembali Berulang

Rasanya tetap sakit saat melihatmu bermain dengan yang lain. Ketika bukan aku yang menjadi perhatianmu. Waktu tak hanya aku yang dijaga olehmu. Apa ini?! Tak mungkin kembali suka kan? Apa tak cukup usahaku selama sembilan bulan untuk melupakan rasaku? Berhasil... Tapi, ketika rutinitas kembali mempertemukan kita. Rasa itu hadir lagi. ARGH!! Temanku bilang, "Kembali ke masa lalu berarti mengulang kesalahan yang sama." Ya, aku tahu. Tak seharusnya kupercayai kata-katanya. Toh dia kembali lagi dengan kekasih lamanya yang sudah pernah membuatnya nyaris menangis darah. Tak seharusnya rasa itu kembali lagi. Merusak segala pusat konsentrasiku. Mengaburkan titik fokusku. Mendinginkan hati sampai rasanya begitu menyakitkan. Kau tak perlu tahu itu. Aku hanya perlu belajar melewati waktuku dengan tak menganggapmu istimewa. Kita memang tak pernah istimewa, bukan? :)

Perjalanan NURANI KOSMIK 2012 (1)

Berkunjung ke tempat yang baru memang sangat menyenangkan. Rasa penasaran bisa membuatmu terlalu bersemangat. Kau bahkan sampai lupa menyiapkan diri dengan kondisi terbaikmu. Kurang istirahat padahal tahu kalau beberapa hari ke depan waktu istirahat otomatis berkurang. Pasti! Ya, beberapa hari kemarin saya sempat mengikuti NURANI KOSMIK adik-adik 2012. :) Ini semacam Bina Akrab kalau di tempat lain. Kami menyebutnya NURANI (Nuansa Radikal dan Unik). Menyenangkan! Meski juga harus dibayar dengan beberapa perjuangan. ;) Tak apalah. Setidaknya, ada lagi pengalaman luar biasa yang bisa saya ikuti bersama KOSMIK. :D Mulai dari... Packing ! Sehari sebelum NURANI berlangsung, saya masih belum mengabari orang serumah kalau saya akan menginap tiga hari ke depan di Lannying Agrowisata, Bantaeng, yang menjadi lokasi NURANI. Ibu saya sedang sibuk sampai saya lupa meminta izin kembali untuk pergi waktu itu. Kebiasaan saya, memang meminta izin jauuuuuuuh hari sebelum kegiatan berlangsung. Jadi

Berdamai dengan Takdir

Sepertimu, saya hanya seorang manusia biasa. Dengan jalan hidup yang sudah ditentukan oleh-Nya. Kita menyebutnya takdir. Saya, kau, dia, dan mereka takkan pernah bisa membuatnya berubah atau bergeser sedikitpun. Ukurannya tepat tanpa bisa digugat. Beberapa tahun ini, ada takdir yang terus saya sesali keberadaannya. Terus bersedih saat mengingatnya. Seringkali menyalahkan hal lain sebagai penyebabnya. Termasuk menghukum diri dengan menganggap kesialan tak pernah punya akhir. Sekarang... saya memilih berdamai dengan keadaan. Berdamai dengan takdirku juga takdirmu. Saya bukan seorang penting yang bisa membuatnya berubah. Lagipula, kalau ini takdir, bagaimana bisa saya melawannya? Yang saya bisa hanya mencoba berdamai. Mencoba menata hati yang selalu menentang hal yang tak saya sukai. Tapi, bukankah hati tak mesti selalu bahagia? Sedih, gusar, dan kepahitan hidup harus ada agar kau juga bisa menghargai nikmatnya bersenang-senang. Berdamailah... terima takdirmu. :)

Tanggal Sebelas Bulan Sebelas

Saya tak ingat pernah merayakan hari ini atau tidak. Yang teringat, dua kali darinya sewaktu kecil, dilalui di rumah temanku. Rumah serupa gedung bertingkat entah empat atau lima lantai. Itu hari ulang tahunnya. Teman SD yang hilang entah kemana, tanpa menunggu hari kelulusan kami waktu itu. Saya tahu, hari ini juga hari istimewa untuk dua orang lainnya. Hari yang tak pernah sekalipun dirayakan sejak saya mulai mampu mengingat sesuatu. Tapi, kini tak lagi penting. Sebab dua orang itu bisa jadi orang yang paling ingin menghilangkan hari ini dalam kalender mereka. Hari istimewa. Juga hari yang selalu mengingatkan luka. Saya tak tahu, harus memberi selamat kepada siapa. Jika sekali saja saya mengingatkan mereka tentang keberadaan hari ini, maka terlalu besar kekecewaan yang bisa hadir kemudian. Dalam hati saya senang. Tanpa bisa membaginya dengan siapapun. Ya, saya hanya bisa bersyukur dalam diam. Ini menjadi hari dimana dua orang pernah mengikat janji suci. Berikrar saling menjaga

Tentang MenungguMU...

Saya tahu, saya orang yang cukup sabar kalau kau memintaku untuk menunggu sesuatu. Meski sangat mudah bosan, rasanya tidak cukup buruk untuk menunggu beberapa saat. Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu setengah jam, tiga jam... masih bisa saya atasi. Saya bisa bertahan menunggu. Ini... jika saja ada buku yang menemani saya. Buku yang akan dibaca sampai yang saya tunggu datang. Kalau lupa membawa buku, maka handphone yang akan menjadi pembeku waktu saya. Mulai dari koneksi internet. Lalu, bermain game yang saya tahu sudah tak lagi menarik hati. Tapi tetap menjadi pembunuh bosan yang efektif. Atau... mencoba menulis di aplikasi notes . Tanpa mereka... saya bisa jadi orang yang paling merasa terkutuk. Terkutuk karena terlalu sering membiarkan orang-orang menunggu saya untuk banyak hal. Paling seringnya, kalau ada file penting yang hanya dipegang oleh saya, ternyata sedang dibutuhkan oleh banyak orang. Dan saya seperti biasa bangun terlalu siang dan mengabaikan janji bertemu. Seme

Hanya Rindu, Bukan Ingin Kembali

Dia tak lagi ingat, betapa saat dia menghilang dua hari saja, duniamu seolah terbalik. Kau hidup tapi tak tahu mesti berbuat apa. Kau hanya bisa diam. Lalu, sehari sebelum kau bertemu muka dengannya, dia datang melalui suaranya. Masihkah kau ingat senyum yang tak bisa kau sembunyikan waktu itu? Kau sungguh bahagia. Setidaknya kau tahu dia baik-baik saja. "Kenapa diam?" tanyamu padanya saat kau hanya bisa mendengar desau nafasnya. Tanpa kau melanjutkan kalimat, "Masih ingin aku mendengar suaramu." dia menjawab, "Saya sedang mengerjakan sesuatu." Oh, ternyata dia sedang sibuk saat itu. Tak apa. Asalkan dia tak kekurangan sesuatu apapun. Selang beberapa saat, dia datang kemudian. Dan, kau hanya bisa menghindar. Kenapa? Karena kau hanya sangat merindukannya. Dan, terlalu takut kau tak mampu mengendalikan rasa ingin bersamanya lagi. Dia datang. Tanpa pernah tahu betapa kau ingin segera berlari memeluknya tanpa membiarkan dia pergi lagi. Kalian bersama lagi

Entahlah...

Saya lupa sedang merasakan apa saat ini. Tiba-tiba saja seperti dalam kehampaan tanpa tahu apa sebabnya. Pagi tadi memang mendung. Ya, Jum'at yang mendung. Saya tak sedang mengingat apa-apa. Tiba-tiba saja seperti bersedih sendiri tanpa sebab. Tadinya, saya berniat ke kampus. Untuk memperbaiki sesuatu yang sudah sembilan minggu ini terbengkalai. Berharap keajaiban yang memang sudah mustahil. Itu jika saja saya berangkat lebih awal dan tiba disini pukul 10.00 pagi tadi. Tapi, ternyata saya baru berhasil berangkat lebih dari pukul 10.00 itu. Dan, tibalah saya disini. Perpustakaan pusat. Entah untuk apa. Entah merasa apa. Semestinya saya merasa senang hari ini. Tapi, entahlah... Rasanya seperti sedang tak merasa apapun. Mungkin sedang sangat bosan dengan keadaan beberapa bulan belakangan. Dimana waktu seperti berjalan lebih cepat, dan langkahku semakin melambat. Perpustakaan  Pusat Kampus Ruangan sejuk sebelah kiri pintu masuk

Rasa yang Tak Pernah Sama

Berjalan denganmu, rasa yang tak pernah sama setiap harinya... Kala pertama, yang ada hanya ketakutan. Rasa yang entah kenapa membuatku bergetar, sulit menerima kehadiranmu. Seolah kau akan merenggut semua hidupku dan tak akan mengembalikannya lagi seperti semula. Tapi, bukankah memang harus seperti itu? Semuanya tak akan sama lagi sejak kali pertama mengenalmu. Setelahnya, aku lalu mengagumi hadirmu. Sikapmu yang begitu tegas dan membuatku tak bisa berkutik menentang apapun katamu. Apa lagi yang bisa kupersalahkan ketika semua yang kau katakan memiliki pembenarannya sendiri? Yang lain mungkin tak bisa melihat hal itu dan terus mempersalahkanmu. Tapi, tidak denganku yang entah mengapa selalu saja melihat hal baik di setiap tingkahmu. Tapi, bukankah semua hal akan memiliki sisi baiknya sendiri? Begitu juga dengan sisi buruknya, yang entah kenapa kabur begitu saja di mataku. Sekarang, hadirmu selalu mengejutkanku. Tak pernah sama persis setiap waktunya. Kadang kau begitu menyenang

Writer's Block?

Saya tak tahu inikah yang dinamakan writer's block atau apa. Yang pertama, saya bukanlah penulis yang begitu dituntut untuk menyelesaikan tulisan saya dalam deadline tertentu. Ke-dua, saya bukan sedang dalam mood tak ingin menulis. Ke-tiga, kebuntuan ini juga bukan saya alami dalam kepentingan menulis sebagai kesenangan saya. Ke-empat, saya begitu kesulitan menyelesaikan tugas akhir bahkan dalam tahap proposalnya saja sebagai cicilan pertama. Kelima, saya bisa menuliskan ini kan? Meski entah untuk apa. -_- Saya tak tahu apa ini. Bisa jadi ini karena minimnya pengetahuan saya tentang makhluk macam apa si tugas akhir ini. Setiap hari kerjaan saya berinteraksi dengan laptop tercinta. Ini sejak dua bulan lalu. Atau lebih. Niat awal yang seharusnya digunakan untuk melanjutkan progress penyelesaian proposal. Lebih banyak diisi dengan menghabiskan kesempatan apapun yang saya punya untuk menghibur diri. Serial dan film Jepang dan Korea yang sebelumnya tidak saya lirik di beberapa folder

Masihkah Aku Untukmu?

Selalu sama seperti ini Ada aku menunggumu pulang Kau yang tak pernah memilih datang Dan kita yang masih selalu kukenang Ada saat dimana aku memilih menyerah Memilih berbalik arah Menguatkan hati untuk tak lagi kembali Padahal sadar, selalu ada alasan untuk bersamamu lagi Dan, benar... ketika akhirnya tiba di ujung jalan Berbagai macam hal hadir sebagai alasan Mengingatkan diri, bahwa seharusnya ada aku disana Tetap menunggumumu dengan tenang dan penuh sabar Bisa jadi aku bodoh tak berakal Tetap berharap kau akan datang dan kita pun kekal Untukmu, aku hanya percaya satu hal Aku ada untukmu, meski entah kau untuk siapa @McD Pettarani 6.17 PM dibuat atas permintaan Tenri... :p

Menyesakkan Rasa

Cinta itu menyesakkanku Bukan saat gadis lain yang menjadi pilihanmu Tapi, saat kau tak butuh aku Dan aku tak boleh lagi memperhatikanmu Sayang ini menyesakkanku Bukan saat aku malah menyemangatimu mengejarnya, menipu diri melupakan rasaku Tapi, saat kau tak butuh lagi dukunganku Dan memilih berjalan sendiri tanpa pernah ada aku Rindu bisa menyesakkanku Bukan saat aku mengingat dia yang telah lalu Tapi saat kau ada di hadapanku Melihatku, tak menyapaku, dan memilih berlalu Kita pernah punya cerita Dengan cinta, sayang, dan rindu yang bersesakan Sekalipun kita tak lagi berada dalam satu cerita Melupakan rasa malah makin menyesakkan

Titik Cerah diantara Semangat yang Kelam

Saya dan Mini akhirnya berada di tangan dosen yang sama untuk hal Penasehat Akademik (PA) kami. Mini sendiri berencana menyelesaikan studi akhir tahun ini. Sementara saya masih ragu dengan alasan satu mata kuliah yang tersisa di semester depan. Entahlah bisa diurus tutup strata atau tidak nanti. Saya belum memikirkan itu. Dengan alasan mau mengurus bersama, Mini menyarankan saya untuk menyiapkan judul saya juga. *doh! Sudah dari sebulan lalu saya mencari judul. Tapi, masih malas menyentuh dan memikirkan kelanjutannya. Jadilah setiba di rumah saya lalu membereskan masalah judul yang akan dikonsultasikan. Saya begadang demi menyiapkan tiga judul (sesuai di blangko judul). Baru kali itu begadang saya ada manfaatnya. :p Keesokan harinya... Saya dan ibu PA janji bertemu jam 10 pagi di jurusan. Tapi, seperti biasa (yang belum bisa berubah) saya terlambat bangun! -_- Saat memeriksa HP beberapa lama setelah bangun, ternyata ada SMS dari ibu PA yang memajukan waktunya jadi setengah jam leb

Ganti PA dong!!

Penggantian Penasehat Akademik (PA) mulai berlaku semester ini. Para PA yang diganti ini adalah dosen yang sedang melanjutkan studi mereka. Termasuk PA saya. Yeay!! :) Saya teramat senang akan adanya hal ini. Semacam titik cerah di antara kemalasan saya menyelesaikan studi. :p Siang itu, di kantor jurusan... Berbekal kertas KRS yang sudah siap dikonsultasikan pada PA saya sebelumnya. Saya menunggu Wilda, teman se-PA yang seingat saya juga butuh konsultasi. Rencananya, saya baru akan menghubungi PA saya, setelah bersama Wilda. Menunggu Wilda tanpa janjian sebelumnya. Dikarenakan sinyal im3 yang memburuk di area kampus, komunikasi kami tak berjalan lancar. Saya mengirimkan sms tanpa bisa menerima balasan dari Wilda. Sudahlah... menunggu sambil berbagi cerita dengan beberapa teman yang juga punya urusan di jurusan. Beberapa jam kemudian... Wilda datang dan memberitahu PA-nya sudah diganti. Begitu juga dengan Ahmad, teman se-PA kami yang lain. *Saya ditinggal sendiri dengan PA yang b

Bergerak!

Libur panjang setelah KKN rasanya saya semakin malas berbuat apa saja. Sebenarnya ini bukan waktu untuk liburan panjang, tapi masa untuk menyelesaikan studi. Tapi, rasanya masih butuh waktu lama untuk itu. Masih ada kuliah yang perlu diselesaikan. :D Beberapa teman masih sering mengajak saya untuk bertemu akhir-akhir ini. Beberapa teman lainnya sedang sibuk fokus menyelesaikan studinya. *Ummm.. Armita Amelia juga ujian meja hari ini. :) Yang lain juga mengejar masa depannya bagi yang studinya sudah beres sementara ini. Sebenarnya masih banyak teman yang bisa ditemui saat sekali-sekali ke kampus. Tapi, rasanya begitu aneh. Mendapati mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Sementara saya yang masih dalam ketidakjelasan judul tugas akhir merasa semakin tak enak hati melihat mereka berlalu-lalang. * nyesek . Tapi, saya tak sendiri. Masih ada teman-teman yang belum bergerak menyelesaikan studi. Juga adik-adik yang menemani di kampus. * hahaha Saya masih tetap disini. Memang s

Hilang...

Rasanya semakin jauh saja. Masih saja aku terdiam disini tak tahu harus berbuat apa. Aku tak lagi disana. Diantara kalian. Bersenda gurau bersama meski aku hanya kebagian tertawanya saja tanpa pernah bisa membuat kalian tertawa. Meski aku hanya kebagian menjadi pendengar saja tanpa sempat menceritakan hal menarik pada kalian. Aku disini. Pada lingkaran yang tak lagi diisi kalian. Rasanya seperti di duniaku sendiri. Tersesat karena tak lagi menemukan kedamaian yang sama seperti saat ada kalian bersamaku. Aku tak lagi merasa kenal dengan suasana ini. Ini bukan tempat yang ada kalian disana. Atau, bukan aku yang kalian kenal yang mendatangi tempat itu. Selalu saja aku menyendiri. Lebih tepatnya merasakan sepi padahal ada kalian yang riuh ramai. Tapi, aku tak ada disana. Serupa tembok yang hanya menjadi saksi bisu kebersamaan kalian. Aku disana, tapi tak bersama kalian. Seperti ada aku dan kalian. Tak bisa menjadikan diriku bagian dari kita. Terlalu lama rasanya hingga aku kehilangan s

Keluar!

Banyak hal yang mulai terlupakan. Sampai keteledoran di setahun kemarin seperti akan kembali terulang. Kebiasaan penundaan pekerjaan. Lalai tak ingat kewajiban. Ya, saya tahu akhirnya nanti akan seperti apa. Akan ada keadaan dimana semua dilakukan dengan terburu-buru. Hanya dilakukan apa adanya. Sebiasa mungkin. Tidak totalitas. Tidak maksimal. Apa ini yang saya harapkan sebagai seorang yang perfeksionis? Tentu tidak! Baru saja saya sadari, banyak hal yang terbengkalai. Dan hanya dikerjakan dalam keadaan yang serba minim. Tak cukup waktu. Hingga usaha yang dilakukan pun tidak pada jatah yang seharusnya. Saya menganggap ini gagal. Saya gagal menggunakan ilmu dan kemampuan yang saya punya. Saya tak punya cukup bukti untuk menggambarkan ilmu dan kemampuan saya lagi. Semua serba apa adanya. Ilmu dan kemampuan saya tak punya ruang untuk memiliki pembuktiannya. Bukan untuk dibuktikan kepada siapa. Hahahaha Saya hanya sedang merasa perlu mengukur ilmu dan kemampuan saya. Sekedar tahu bia

Hal-hal Aneh Menyerang!

Dulu dia pernah berpikir salah tentang beberapa hal ini. Itu ketika dia belum mengalaminya dan hanya menghakimi mereka yang merasakannya. Mungkin ini yang disebut pembalasan. Hal-hal yang diingkarinya dan dianggap aneh sebelumnya, malah berbalik menyerangnya. -_- *CINLOK KKN Dia menganggap ini hal yang aneh. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Sebelum berangkat KKN pun saat teman-teman memperingatkan, "Awas CINLOK!" Dia hanya berkata, "Ah, nda ji pasti itu. Janganmi lagi bilang. Nda ji! Nda akan!!!" Dan? Termakan omongan sendiri. Bagaimana mungkin kau tidak akan merasakan apa-apa padanya yang kau lihat setiap hari, sejak terbangun hingga tertidur lagi, setiap harinya selama dua bulan? Tapi, itu cerita kemarin. Setidaknya dia tahu dan akan lebih hati-hati lagi menjaga bicaranya. :D *Dua orang kekasih, yang bertengkar hebat bahkan nyaris putus, bisa berbaikan lagi seolah tak ada apa-apa. :/ Kenapa bisa? Dulu dia sangat heran akan hal ini. Ketika melihat orang

Seketika (Instant)

Kau mungkin terkejut jika kujelaskan ini padamu Sekedar untuk menjawab 'cinta buta' yang sempat kau katakan tentang rasaku Tidak! Ini bukan 'cinta buta' Aku sadar betul banyak hal yang bisa membuat rasaku hilang Hanya saja coba kupertahankan, dengan dalih tak ingin kau menyesal kemudian Tapi... ya, sudahlah! Berlalu... :) Seketika rasa itu ada. Instant! Tepat di hari kedua mengenalmu. Kali pertama kau membangunkan tidurku. Setelah sempat berbagi cerita denganmu. Juga saat kau dan aku berusaha dipasangkan oleh teman-teman kita. Bodohnya, aku hanyut. Merasa tak ada yang salah. Membiarkan mereka melanjutkan semuanya sesuka hati mereka. Ternyata salah... Membiarkan mereka membuatku berani berharap lebih. Menganggap kau juga merasa. Mengabaikan segala hal yang menandakan kau tak ada di jalan yang sama. Menolak segala anggapan buruk tentangmu. Menjagamu. Memberi perhatian lebih. Hanya agar kau tidak terluka. Hanya agar bukan kau yang tersakiti. Seolah sudah lama

Jatuh #2

Kau tahu kenapa pernah aku berhenti berharap? Bukan karena tak percaya Tapi tak berani kecewa Terlalu nyaman dengan kesendirian Terlalu asyik dengan diriku Hanya menjaga apa yang menjadi hakku Bergaul dengan diriku Kau mungkin menganggapku aneh Beginilah diriku... Seperti yang pernah dikatakan olehmu Tak mesti aku mengubah diriku karena orang lain, termasuk dirimu :)

So Real/Surreal

Buku ini saya dapat dari seorang teman yang menjual kembali buku-bukunya. Berhubung saya penganut lebih baik banyak tapi oke daripada sedikit tapi lebih oke, saya memilih yang banyak. :D Saya hanya ingin membaca.  Lebih banyak buku lebih bagus. Dan saya tak perlu buku baru, *meskipun saya sangat suka aroma buku baru, hanya untuk bisa membaca. Jadilah saya membeli tiga bukunya yang ada dalam satu paket yang sama, waktu itu. Sebelumnya, sebenarnya saya tak suka membuat tulisan tentang isi buku. Hal ini akan menghilangkan penasaran bagi orang yang akan membacanya. Tidak enak juga sama penulisnya, yang mungkin akan kehilangan orang yang akan membeli bukunya. Oke... sepertinya saya terlalu berpikir jauh. -__- So Real/Surreal Nugroho Arifin 173 halaman Buku ini bercerita tentang empat orang yang berbeda profesi dan latar belakang. Sudut pandang orang pertama. Dan empat orang ini memiliki sudut pandang masing-masing. Jadi, ada empat orang yang bercerita disini. Empat orang sebagai

Klub 'Pembaca Aneh'

Ini pertama kalinya saya membuat review buku (selain tugas di sekolah dulu). Klub Pembaca Aneh, dimana kita diminta untuk membuat tiga review buku selama satu bulan. Review di post di blog. Entah kalau di post di tempat lain juga. :D Lalu, link-nya di post di twitter dan mention mereka yang juga anggota klub ini. Dengan beberapa syarat. Bagi yang kalah, mendapat sanksi berupa traktir gocengan di salah satu fastfood. Saya tertarik bergabung dengan klub ini karena saya bisa terus membaca. Meskipun bacaan ini berbentuk novel, setidaknya saya akan mendapat dorongan untuk mengisi waktu saya yang begitu lowong dengan membaca. Awalnya, saya tahu keberadaan klub ini ketika melihat update-an twit Kak Tri Ayu . Nama klub 'Pembaca Aneh' ini juga saya dapat dari blognya saat membaca review buku yang dibacanya. Heran melihat betapa dia bersemangat membuat review buku. Rupanya sedang bergabung dengan klub yang sebelumnya sudah dijalani oleh Adik Pipi dan Adik Endi . Sekarang, jumlah ora

Kaisar KOSMIK 2012-2013

Tulisan ini dibuat atas terpilihnya Kaisar KOSMIK 2012-2013 dini hari tadi... Koridor KOSMIK, FIS IV Lt.2, begitu ramai malam tadi. MUBES XXIV belum usai. Tapi peserta MUBES sudah harus meninggalkan tempat sebelumnya, Aula RAMSIS UNHAS. Tempat kedua, setelah FIS III Ruang 107 yang digunakan pada 10-12 Februari kemarin. 15-16 Februari agenda dilanjutkan di Aula itu. Tapi, ternyata izin yang ada hanya sampai pukul 22.00 WITA. Mengingat portal RAMSIS yang akan ditutup. Jadilah MUBES dipindah ke koridor. Tempat teraman tanpa mesti berizin. Wajah-wajah lelah dini hari, juga wajah cemas mesti pulang cepat, sudah terlihat disana. Banyak yang mesti kuliah pagi. Tapi, sayang kalau harus menunda besok lagi, agenda yang tersisa tinggal Pemilihan Ketua Umum KOSMIK. Agenda seru yang ternyata berjalan begitu seru tanpa tertebak sebelumnya. Ada mekanisme pemilihan yang mesti diikuti kali ini. Pada pemilihan pertama ada 5 suara terbesar yang akan dipilih kembali untuk mencari 3 terbesar. Tiga be

Pemilik 7 Februari - Mini Rasyid

Seperti yang ditulis di post sebelumnya. Ada dua saudari yang berulangtahun hari itu. Ini yang satunya lagi. Entahlah... sepertinya saya 'jodoh' berteman dengan anak 7 Februari. Ada 7 Februari lain yang minat berkenalan? bercanda! :p Rukmini Rasyid atau @minnierasyid. Pertama kali kenal dengannya, di PMB tingkat fakultas, waktu MABA. Merasa familiar dengannya, tapi lupa pernah lihat dimana. Ternyata, dia kakak kelas waktu SMP. Di PMB itu, dia duduk di dekat Maulana Armas, yang langsung saya pikir adalah pacarnya. Merasa iri, “Ini orang satu jurusan sama pacarnya. Tawwa!!” langsung batal suka sama Maulana Armas saat itu. Hhahaha Selain satu sekolah waktu SMP, ternyata arah rumah kita berdekatan. Mungkin itu juga yang membuat kami dekat sampai sekarang. Perkara rumah berdekatan. Meski tak benar-benar dekat, yaaa searah trayeklah kalau dari kampus dengan dua kali pete-pete (angkot). Nah, waktu awal kuliah saya kan pulangnya tidak sama dia. Tapi, selalu ketemu kalau lagi me

Pemilik 7 Februari - Trianasari

Ini untuk dua orang saudari yang berulangtahun di 7 Februari kemarin. Biar diceritakan satu-satu yak! :D Mohon maaf atas keterlambatan ini. Tahulah, keadaan kita kemarin itu bagaimana. hehe... Trianasari (Tria) atau ada yang mengenalnya dengan ID @treea_sary . Saya lupa kali pertama mengenalnya. Yang jelas, kami tidak dalam lingkup pergaulan yang sama sewaktu MABA. Beda geng! Hhahahaha. Waktu yang berjasa mendekatkan kami. Tapi, saya juga lupa kapan kali pertama kami dekat. Saya tidak ingat ada dia di sekitar saya waktu kuliah-kuliah MKU dulu. Tapi, saya ingat kami merasa senasib saat sosialisasi almamater kami sama tak sempurnanya. Ya, barangkali rasa 'sama' ini yang membuat kami mulai merasa ada di kelompok yang sama. Dia ada waktu saya kebingungan saat panik menyukai seorang teman. Dia ada saat saya kehilangan teman dekat yang berpacar dan mulai tidak memprioritaskan kami, teman-temannya. Oh, iya... ada saat saya merasakan hal itu untuk kedua kalinya, dengan

Pengabaianmu

Di sudut jalan, hari itu... kita bertemu. Seperti biasa, kalau bukan aku yang menyapamu, kita tak akan pernah bicara lagi kan? Kenapa? Sepertinya kau terus menghindariku. Pernahkah ada salah yang tak kusadari? Kau tak pernah mau memberitahuku itu. Huh... kau membiarkanku bertanya sendiri. Mencari jawabannya sendiri. Kenapa tak kau bantu? Sekedar memberi petunjuk atau apalah yang bisa membuatnya menjadi mudah. Bisa saja semuanya kuabaikan. Sikap tak pedulimu. Bahkan saat sedang sibuk tidak memperhatikanku. Bisa saja aku juga tak peduli itu. Tapi, kau membuatku merasa bersalah. Salah karena tak pernah tahu salah dan tiba-tiba ditinggalkan. Tanpa diberitahu apa kesalahanku, apalagi diberi waktu untuk memberi penjelasan. Sudah, ditinggal saja. Kau sempat membuatku kebingungan sampai beberapa hari setelahnya. Lalu, atas dukungan teman-temanku, kuputuskan mengabaikan semuanya saja. Lagi. Tapi, semua pengabaian itu sia-sia saat bertemu denganmu. Bertemu dengan sikap dingin yang seolah sud

Berbagi 5 Rahasia

Assalamu'alaikum Wr.Wb. :) Ingin melanjutkan pembagian rahasia yang sebelumnya sudah memenuhi blog teman-teman. Terlalu terlambatkah? Awalnya saya hanya ikut membaca. Tanpa terpikir untuk ikut atau diikutkan. Tapi, tidak bisa lolos ternyata. -_- Seorang adik mengingatnya. Ya, adik Titah. Ini dibuat atas permintaan adik Titah yang waktu itu bertemu di koridor dekat KOSMIK. Dan, kali pertama bertemu hari itu wajahnya bercahaya sekali. Sangat senang kelihatannya. Ternyata lagi, ingin meneruskan tantangan ini ke saya. -_- Baiklah... mari memulainya. Sebelumnya, biar saya ingatkan dulu. Saya juga lupa ini rahasia atau bukan. Kadang saya suka bercerita ke seseorang yang menceritakan hal yang sama lebih dulu ke saya. Dan saya keseringan lupa bercerita 'apa' kepada 'siapa'. -_- Tidak suka dicari di rumah! Entah kenapa. Rasanya sangat tidak nyaman! Kalau ada yang cari atau lebih dulu memberitahu akan datang, itu tak apa. Tapi, kalau tiba-tiba datang!!! Saya terkejut

Rindu yang Tersimpan?

Biarkan aku memberi tahumu sesuatu. Salah. Bukan. Menanyakan sesuatu padamu. Aku tahu kau juga tak tahu apa jawabnya. Hanya penasaran. Lebih tepatnya, sempat membayangkan tentang sesuatu ini... Apa jadinya kalau kau ada disini? Lucu sendiri membayangkan seperti itu. :) Mungkin aku akan selalu terlihat malu dan tak pernah berani berbuat apapun. :D Lalu, menghabiskan hariku berbagi kabar denganmu. Meski dalam pertukaran kabar itu, kita tak pernah berani menanyakannya secara langsung. Hanya saling berbagi cerita. Setidaknya, kita bisa saling tahu apa yang kita rasa. Menyenangkan, sebenarnya. Belum ada yang menandingi betapa penuh warna hari-hari seperti itu. Tapi, kalau itu yang terjadi, takkan kudapati diriku yang seperti hari ini. Bebas karena tak ada kau yang akan memperhatikan keberadaanku. Bebas karena tak perlu mengkhawatirkan keadaanmu disini. Disana kau aman-aman saja kan? Ya, aku tahu. Banyak yang memperhatikanmu lebih baik daripada yang bisa kulakukan. :') Sebenarnya,

Jawaban Pembuktian

Pasti ada alasannya, kenapa kita dipertemukan malam tadi. Dipertemukan di tempat yang sebelumnya tak terjangkau oleh kita. Kita tak datang bersama. Datang sendiri-sendiri dan bertemu disana tadi malam. Aku melihatmu sekilas. Lalu, menyapamu saat sadar itu benar dirimu. Kau membalas sapaanku. Dan bersikap santai saja sedang aku belum pulih dari kagetku. Lalu, memusatkan pikiranmu tentang tujuanmu datang ke tempat itu. Sementara aku, hanya memperhatikan kau yang ada di hadapanku. Lupa sejenak dengan tujuan awalku datang kesana. Aku masih bertanya-tanya, kenapa mesti kita pertemukan disana? Saat itu juga, dimana sama sekali tak terlintas di pikiran kita untuk merekam keberadaan kita disana. Masih dengan pertanyaan yang memenuhi kepalaku, tanpa memandangku sedikitpun, kau memilih pergi mencari tujuan awalmu tadi. Kau sementara mencari, dan aku menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaanku tadi. Kita tak pernah menjadi istimewa!! 30 Januari 2012 Selepas memikirkan keberadaanmu, juga k

5 Januari (1991-2012-....)

5 Januari 2012... Dua puluh satu tahun sudah Dia membiarkanku tertarik gravitasi bumi ini. Menghirup udaranya yang entah kenapa hembusan anginnya menyerupai sesuatu yang bernafas. Merasakan keadaan di sekitar yang ternyata masih sangat terabaikan olehku. Saya belum menjadi makhluk yang berguna. Dan masih mencari tahu alasanku dibiarkan hidup. Dia pasti hendak menjadikanku sesuatu. Tapi, apa? Sementara ini masih saja kucari hendak menjadi apa aku nantinya. Setelah tahu, mungkin akan kucari cara untuk menjadi sesuatu itu. Lalu, berusaha menggapainya. Kemudian, meraihnya. Mengerjakan tugasku sebaik mungkin. Menyelesaikannya. Dan, bersiap pergi. Pergi... atau malah kembali? Pergi dari kefanaan dan kembali menuju tempat-Nya yang abadi dengan sebaik mungkin? Amin... Bagi yang membaca tulisan ini... tenang!! Saya tidak sedang dalam firasat ingin pergi atau bagaimana. :) Saya hanya sedang kebingungan mencari tahu tujuan hidup. Sembari mempersiapkan diri menuju tempat-Nya yang terbaik.

Menanti Pembuktian

Tentang hari ini, mungkin kau sama sepertiku. Menantinya dengan tidak sabar. Terus memikirkannya. Tapi, mungkin juga tidak. Mungkin kau malah menganggapnya biasa saja. Seperti yang lain. Memperlakukanku sama sedang aku terus menganggapnya istimewa. Tentang janjimu kemarin tentang sesuatu di hari ini. Mungkin kita sama. Aku gelisah karena penasaran akan janjimu. Dan kau penasaran melihat ekspresiku saat melihat sesuatu yang hendak kau berikan. Atau, mungkin... kau malah gelisah terbebani karena harus menepati janjimu? Aku tak melihat kesungguhan saat kau berjanji. Tapi, terus kau ulangi sampai aku terus mengingatnya. Lalu, bagaimana bisa aku tidak terus memikirkannya? Kau membuatku terlihat seperti anak kecil dijanjikan coklat kesukaannya. Terus menantikannya dengan penuh kesungguhan. Bedanya, tak akan kuperlihatkan betapa gelisahnya aku menantikan pemberianmu nanti itu. Kenapa masih kuterus berharap? Bukan tentang pemberianmu itu, sebenarnya. Tapi, tentang penegasan sikapmu