Langsung ke konten utama

Study Tour Exist'08 (10)

Hari ke sepuluh…

Meninggalkan hotel sekitar pukul 10.00 menuju pasar Sukowati. Jaraknya yang agak jauh dari hotel kami membuat perjalanan itu harus kami tempuh beberapa jam. Di perjalanan sempat diadakan karaokean di bus, berganti-gantian antara teman serombongan. Untung saya tidak kebagian. :P
Tiba di pasar Sukowati… kalap belanja!! Hha. Sampai-sampai semua uang yang dibawa nyaris habis. Bukan hanya saya, teman-teman juga. :P Batas waktu berbelanja yang diberi pada kami hingga pukul 15.00 ternyata tak cukup cepat bagi kami. Baru pukul 16.00 saja kami sudah selesai berbelanja. Lalu, makan siang di Bakso Muslim yang tak jauh dari tempat bus kami terparkir.
Masih jauh dari batas waktu yang disepakati, seorang teman mengajak saya untuk masuk lagi ke pasar untuk membeli sesuatu yang lupa terbeli olehnya. Tergoda pada beberapa barang, akhirnya saya membeli beberapa barang lagi. -_- Kukatakan pada teman yang mengajak saya masuk tadi, Tria, “Tidak dua kali saya temaniko lagi. Gampang tergoda ka!!”. Akhirnya kami kembali ke bus sebelum batas waktu yang diberikan, Alhamdulillah. Sesuai kesepakatan, ada denda Rp5.000,- untuk setiap orang yang terlambat dari waktu tersebut, meski terlambat satu menit pun. Kali ini, tak seorangpun yang terlambat. *tidak mau rugi. Hhe*
Bus jalan lagi. Sementara teman-teman masih berdiskusi, mau kemana kami selanjutnya, kami mendapat kabar kalau Kak Tima sudah ada di Bali. Dan, sudah menunggu kami di hotel. Lanjut, ke Dream Land. Masih daerah pantai. Bedanya, suasana pantai disini berdekatan dengan bukit-bukit. Tebing-tebing di dekat bibir pantai juga semakin memperindah tempat itu. Beberapa teman menyempatkan diri untuk berselancar, bermain ombak, ataupun berfoto-foto. Saya?? Lupa juga… hhe
Langit mulai gelap saat kami meninggalkan tempat yang indah itu. Indah dan melelahkan sebenarnya. Karena kami harus menuruni bukit berbatu dulu baru bisa tiba di pantainya. Artinya, untuk kembali ke tempat bus kami terparkir, kami harus mendaki bukit itu lagi.
Salah satu teman, Tria, mulai panik saat mengingat waktu sudah mendekati pukul 19.00. Waktu yang dia janjikan dengan pamannya untuk bertemu di hotel kami. Sayang, bus kami tak cukup cepat untuk kembali sesegera mungkin ke hotel. Kami tiba di tempat parkir bus kami, sekaligus tempat perhentian shuttle bus sekitar pukul 20.00. Paman teman tadi menunggu disana. Terpaksa saya harus menemani teman itu, sebab teman kami yang lain sudah lelah dan beberapa diantaranya harus berganti pakaian karena basah terkena ombak saat bermain di pantai.
Jadilah saya menemaninya lagi. Siap-siap tergoda belanjaan lagi karena tujuan kami adalah dua pusat oleh-oleh di Bali. Benar saja, saya langsung tergoda beberapa belanjaan di pusat oleh-oleh yang pertama. Lalu, masih tergoda di pusat oleh-oleh yang kedua. -_- *apa saya bilang tadi, Tria!!*
Dalam perjalanan kembali ke hotel, kami sempat singgah di minimarket. Membeli beberapa keperluan untuk mengepak barang-barang kami yang akan kami bawa pulang keesokan harinya. Saya, membeli beberapa makanan instan untuk jadi santapan makan malam. Sebelum tiba di hotel, saya menghubungi teman sekamar, Mini. Mau tanya posisi dia dan kunci kamar dimana. Dia bilang, dia sedang ada diluar hotel bersama teman-teman. Curiga dengan backsound yang sepi, ternyata Mini ada di kamar -_- Ada-ada saja!!
Tiba di hotel dan langsung mendengar kak Tima dari kamar atas. Ternyata sekamar sama Lily dan Dewi yang tepat berada di atas kamar saya. Kak Tima dan teman-teman yang lain mengajak untuk keluar malam itu. Saya setuju untuk ikut, setelah meminta izin dulu untuk mengepak barang yang akan saya bawa pulang keesokan harinya.
Sempat kewalahan dengan barang-barang yang kebanyakan. Akhirnya, saya tak jadi ikut dan hanya berkutat dengan barang yang banyak itu. Bahkan saya masih sempat mendengar kedatangan kak Tima dan teman-teman yang baru pulang sekitar pukul 04.00 dini hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan