Hari kedua…
Kunjungan pertama pagi itu, harian nasional. Mulai memasuki kawasan yang agak asing dari rute kemarin. Selagi bus kami mencari tempat parkir yang tepat, masih di atas bus, kami melihat kanda Nasrullah Nara sedang berjalan masuk ke gedung tersebut bersama koper kecilnya. Langsung saja salah satu teman kami, Idham, menghubungi beliau guna memberitahukan keberadaan kami.
Di gedung tempat harian tersebut berada, kami sempat berdiskusi dan tanya-jawab dengan pihak harian tersebut. Lalu, touring di beberapa divisi. Dan, berakhir di tempat percetakan harian tersebut. Selagi touring saya sempat melihat sebuat lukisan yang membuat saya berhenti lama di depannya untuk memperhatikannya. Entah kenapa, lukisan tersebut menarik perhatian saya yang bahkan tak pernah tahu arti dari lukisan manapun. Di lukisan tersebut tampak seorang anak perempuan dengan anak lelaki yang lebih kecil darinya dan berada dalam balutan kain (atau apalah) yang berwarna hitam. Mungkin, saya pernah melihat lukisan itu, entah dimana, di majalah atau di televisi. Yang jelas, saya merasakan sesuatu yang berbeda dari lukisan tersebut. Dan, ternyata seorang teman saya juga memperhatikan lukisan yang sama. *serasa ingin memilikinya*
Oh, iya… saya banyak memperhatikan lukisan selama study tour ini. Apalagi di gedung tempat harian ini. Di tempat penyambutan kami di ruang rapat tadi, saya sempat memperhatikan beberapa lukisan yang tampaknya dibuat oleh seorang anak kecil, tapi entah kenapa tampak penting untuk dipajang di ruangan itu. Banyak juga lukisan lain yang jelas bernilai seni tinggi, tapi tetap tidak mampu menarik perhatian saya seperti lukisan dua anak yang berada dalam balutan kain hitam itu.
Mungkin bagi sebagian dari kami, tour ini menyenangkan. Kami bisa tahu lebih banyak hal yang terjadi sebelum sebuah harian itu diterbitkan. Juga pada orang-orang yang berada pada bagian percetakan. Demi pekerjaan mereka, mereka harus rela bekerja dengan kebisingan yang tidak sanggup ditolerir dengan indera pendengar biasa. Beberapa di antara mereka menggunakan pelindung telinga. Mungkin karena mereka bekerja paling dekat dengan mesin-mesin pencetak bergalon-galon tinta (yang lebih mirip cat) pada lembaran kertas tipis yang tak henti-hentinya melewati mesin tersebut.
Sementara, di lain pihak. Seorang gadis yang fashionista secara tak sengaja ikut mengecapkan tinta (cat) tersebut pada jeans putih barunya. Hal ini terjadi saat gadis tersebut menghindari temannya yang terlalu dekat dengannya. Khawatir akan tersenggol dan langsung mengenai mesin cetak tadi, dia langsung membalikkan badannya, salah!! Bukan membalik, melainkan memutar badannya. Alhasil, dia menabrak seember besar wadah tinta (cat) merah dan menjadikan celana putihnya bernoda. Beberapa di antara kami sempat mengira kakinya terluka, tertabrak mesin cetak atau apa, lalu mengeluarkan darah yang sangat banyak.
Darah palsu di jeans putih ternyata memiliki efek yang berbeda bagi gadis sepertinya. Penampilan nomor satu! Sampai-sampai dia memilih untuk tetap bertahan di bus ikut turun pada kunjungan di media berikutnya, salah satu media online terkemuka di Indonesia.
Sayang, si gadis tak ikut. Padahal, media tersebut menjadi tempat terasyik yang kami kunjungi! Penyambutan yang baik oleh pemilik lalu diambil alih oleh bawahannya, lupa jabatannya apa, karena kesibukan yang sangat menyita waktu sang pemilik. Bawahannya ini, Karel, sangat interaktif dengan kami. Bukan hanya dengan kami, melainkan juga dosen pembimbing kami.
Beberapa teman kami, plus dosen tadi, disapanya dengan nama public figure. Mirip katanya!! Hhe. Bahkan salah seorang teman sempat mengutip perkataan Karel pada beberapa kesempatan saat si teman berbicara pada kami. “Para teman artis dan seprofesi!”. Public figure tersebut meliputi, Raditya Dika, Luna Maya, Bunga Citra Lestari, Tina Toon, Andika Kangen Band, Ivan Gunawan, Susno Duadji, siapa lagi yahhh?? Lupa!! Hha *silahkan menebak siapa saya yang dikata mirip itu* :D
Setelah memberi serta membagi hadiah pada beberapa teman kami, kami dengan berat hati segera angkat kaki dari tempat menyenangkan itu. Jujur, saya sempat sangat mengantuk pada kunjungan ini. Tapi, berkat segala kelucuan pada pertengahan hingga akhir kunjungan tersebut, membuat kantuk saya hilang!!! :)) Oh, iya… disana kami masih sempat bertemu dengan si lincah, mbak Siska, juga Bang Luhur.
Langit mulai gelap. Lelah sudah membuat tubuh nyaris malas bergerak. Bahkan nyaris melupakan rasa lapar. Tapi, oleh karena bapak pendamping kami tidak ingin kami sakit hanya karena kelelahan, beliau mengarahkan kami untuk makan malam di sebuah plaza kawasan elit saja. Sempat pesimis kesana. Takut sakit hati tergoda barang cantik tapi tak jadi beli. Tapiiiiiiiiiiii, berkat kegigihan dari bapak pendamping untuk mengarahkan kami, katanya makan skalian jalan-jalan, maka kesanalah kami.
Teman gadis yang tadi ‘terluka dan berdarah’ mulai berlebihan!! -_-
Tapi, tak apalah… demi bahagianya. Dia berjalan pincang, sesuai sandiwara ‘terluka’-nya. Agak kesulitan juga memapah orang yang tidak pincang. Maaf, saya orang jujur dan tak suka berbohong, apalagi berakting. Hhehehehe :p
Next, makaaaaaaaaaan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Lalu, teman kami berkurang satu!! Diculik pacarnya untuk dikembalikan di keesokan harinya. Hha… Dengan penuh restu kami melambaikan tangan pada si teman tersebut. Sempat memberi senyum pada gadisnya juga. :)
Dannnnnn… pulang!!! Tapi, teman kami berkurang lagi dua. Satu diculik pacarnya juga. Satu lagi… menikmati ibukota dengan kenalannya. Tapi, masih kembali ke wisma pada beberapa jam berikutnya.
Eitssssss… ada yang berkesan bagi salah seorang dari kami, tentang tempat tersebut. Teman kami bertemu dengan idolanya. Iri sangat!!! Tommi Tjokro… -_- Andai Didi Riyadi juga melintas di tempat itu... Tidak seperti si teman dan beberapa teman lainnya yang langsung berkenalan dan minta foto dengan si idola. Kalau saya… paling memotret si idola dengan diam-diam saja. Atau, meminta seorang teman untuk berbicara dengan idola saya tersebut. Hha
Teman tadi sempat di-mention pada akun jejaring sosial idolanya. Bikin tambah iri… -_- Tapi, turut senang untuk si teman tadi!! ^^ Dia melompat kegirangan dan nyaris terlihat gila… hhe :)) Dan, do’a dari si teman agar saya bisa bertemu Didi rasanya sudah cukup membahagiakan. Amin, amin, amin…
Kunjungan pertama pagi itu, harian nasional. Mulai memasuki kawasan yang agak asing dari rute kemarin. Selagi bus kami mencari tempat parkir yang tepat, masih di atas bus, kami melihat kanda Nasrullah Nara sedang berjalan masuk ke gedung tersebut bersama koper kecilnya. Langsung saja salah satu teman kami, Idham, menghubungi beliau guna memberitahukan keberadaan kami.
Di gedung tempat harian tersebut berada, kami sempat berdiskusi dan tanya-jawab dengan pihak harian tersebut. Lalu, touring di beberapa divisi. Dan, berakhir di tempat percetakan harian tersebut. Selagi touring saya sempat melihat sebuat lukisan yang membuat saya berhenti lama di depannya untuk memperhatikannya. Entah kenapa, lukisan tersebut menarik perhatian saya yang bahkan tak pernah tahu arti dari lukisan manapun. Di lukisan tersebut tampak seorang anak perempuan dengan anak lelaki yang lebih kecil darinya dan berada dalam balutan kain (atau apalah) yang berwarna hitam. Mungkin, saya pernah melihat lukisan itu, entah dimana, di majalah atau di televisi. Yang jelas, saya merasakan sesuatu yang berbeda dari lukisan tersebut. Dan, ternyata seorang teman saya juga memperhatikan lukisan yang sama. *serasa ingin memilikinya*
Oh, iya… saya banyak memperhatikan lukisan selama study tour ini. Apalagi di gedung tempat harian ini. Di tempat penyambutan kami di ruang rapat tadi, saya sempat memperhatikan beberapa lukisan yang tampaknya dibuat oleh seorang anak kecil, tapi entah kenapa tampak penting untuk dipajang di ruangan itu. Banyak juga lukisan lain yang jelas bernilai seni tinggi, tapi tetap tidak mampu menarik perhatian saya seperti lukisan dua anak yang berada dalam balutan kain hitam itu.
Mungkin bagi sebagian dari kami, tour ini menyenangkan. Kami bisa tahu lebih banyak hal yang terjadi sebelum sebuah harian itu diterbitkan. Juga pada orang-orang yang berada pada bagian percetakan. Demi pekerjaan mereka, mereka harus rela bekerja dengan kebisingan yang tidak sanggup ditolerir dengan indera pendengar biasa. Beberapa di antara mereka menggunakan pelindung telinga. Mungkin karena mereka bekerja paling dekat dengan mesin-mesin pencetak bergalon-galon tinta (yang lebih mirip cat) pada lembaran kertas tipis yang tak henti-hentinya melewati mesin tersebut.
Sementara, di lain pihak. Seorang gadis yang fashionista secara tak sengaja ikut mengecapkan tinta (cat) tersebut pada jeans putih barunya. Hal ini terjadi saat gadis tersebut menghindari temannya yang terlalu dekat dengannya. Khawatir akan tersenggol dan langsung mengenai mesin cetak tadi, dia langsung membalikkan badannya, salah!! Bukan membalik, melainkan memutar badannya. Alhasil, dia menabrak seember besar wadah tinta (cat) merah dan menjadikan celana putihnya bernoda. Beberapa di antara kami sempat mengira kakinya terluka, tertabrak mesin cetak atau apa, lalu mengeluarkan darah yang sangat banyak.
Darah palsu di jeans putih ternyata memiliki efek yang berbeda bagi gadis sepertinya. Penampilan nomor satu! Sampai-sampai dia memilih untuk tetap bertahan di bus ikut turun pada kunjungan di media berikutnya, salah satu media online terkemuka di Indonesia.
Sayang, si gadis tak ikut. Padahal, media tersebut menjadi tempat terasyik yang kami kunjungi! Penyambutan yang baik oleh pemilik lalu diambil alih oleh bawahannya, lupa jabatannya apa, karena kesibukan yang sangat menyita waktu sang pemilik. Bawahannya ini, Karel, sangat interaktif dengan kami. Bukan hanya dengan kami, melainkan juga dosen pembimbing kami.
Beberapa teman kami, plus dosen tadi, disapanya dengan nama public figure. Mirip katanya!! Hhe. Bahkan salah seorang teman sempat mengutip perkataan Karel pada beberapa kesempatan saat si teman berbicara pada kami. “Para teman artis dan seprofesi!”. Public figure tersebut meliputi, Raditya Dika, Luna Maya, Bunga Citra Lestari, Tina Toon, Andika Kangen Band, Ivan Gunawan, Susno Duadji, siapa lagi yahhh?? Lupa!! Hha *silahkan menebak siapa saya yang dikata mirip itu* :D
Setelah memberi serta membagi hadiah pada beberapa teman kami, kami dengan berat hati segera angkat kaki dari tempat menyenangkan itu. Jujur, saya sempat sangat mengantuk pada kunjungan ini. Tapi, berkat segala kelucuan pada pertengahan hingga akhir kunjungan tersebut, membuat kantuk saya hilang!!! :)) Oh, iya… disana kami masih sempat bertemu dengan si lincah, mbak Siska, juga Bang Luhur.
Langit mulai gelap. Lelah sudah membuat tubuh nyaris malas bergerak. Bahkan nyaris melupakan rasa lapar. Tapi, oleh karena bapak pendamping kami tidak ingin kami sakit hanya karena kelelahan, beliau mengarahkan kami untuk makan malam di sebuah plaza kawasan elit saja. Sempat pesimis kesana. Takut sakit hati tergoda barang cantik tapi tak jadi beli. Tapiiiiiiiiiiii, berkat kegigihan dari bapak pendamping untuk mengarahkan kami, katanya makan skalian jalan-jalan, maka kesanalah kami.
Teman gadis yang tadi ‘terluka dan berdarah’ mulai berlebihan!! -_-
Tapi, tak apalah… demi bahagianya. Dia berjalan pincang, sesuai sandiwara ‘terluka’-nya. Agak kesulitan juga memapah orang yang tidak pincang. Maaf, saya orang jujur dan tak suka berbohong, apalagi berakting. Hhehehehe :p
Next, makaaaaaaaaaan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Lalu, teman kami berkurang satu!! Diculik pacarnya untuk dikembalikan di keesokan harinya. Hha… Dengan penuh restu kami melambaikan tangan pada si teman tersebut. Sempat memberi senyum pada gadisnya juga. :)
Dannnnnn… pulang!!! Tapi, teman kami berkurang lagi dua. Satu diculik pacarnya juga. Satu lagi… menikmati ibukota dengan kenalannya. Tapi, masih kembali ke wisma pada beberapa jam berikutnya.
Eitssssss… ada yang berkesan bagi salah seorang dari kami, tentang tempat tersebut. Teman kami bertemu dengan idolanya. Iri sangat!!! Tommi Tjokro… -_- Andai Didi Riyadi juga melintas di tempat itu... Tidak seperti si teman dan beberapa teman lainnya yang langsung berkenalan dan minta foto dengan si idola. Kalau saya… paling memotret si idola dengan diam-diam saja. Atau, meminta seorang teman untuk berbicara dengan idola saya tersebut. Hha
Teman tadi sempat di-mention pada akun jejaring sosial idolanya. Bikin tambah iri… -_- Tapi, turut senang untuk si teman tadi!! ^^ Dia melompat kegirangan dan nyaris terlihat gila… hhe :)) Dan, do’a dari si teman agar saya bisa bertemu Didi rasanya sudah cukup membahagiakan. Amin, amin, amin…
ah menebak2 seng orang...
BalasHapuswalaupun kita tahu siapa2 saja yang dimaksud, namun tetap sedikit "mengalihkan" konsentrasi membaca hingga akhir.
kenapa ndak sebut saja detik.com atau kompas ?
ya ya independen pengarang memang
hehehehe tetap menulis
sengaja, kak..
BalasHapusDaripada ada yg secara tidak sengaja tidak berkenan bagi beberapa pihak, nanti sy dituntut lagi.. Sedang tidak ingin bermasalah dengan siapa-siapa.. Hhe :D