Semut Hijau

Aku perlu bersiap kehilangan. Agar sakitnya tak terlalu terasa. Agar kepergianmu tak lagi penting bagiku. Toh aku pernah mengalaminya. Sama. Hal yang hampir sama. Kehilangan orang-orang yang pernah sangat berarti bagiku. Masih sangat berarti. Selalu akan sangat berarti. Karena aku tak bisa seperti sekarang tanpa kalian. Enam tahun lalu... Dia tiba. Setelah menghabiskan waktunya seharian. Mencari segala hal untuk melanjutkan kehidupan kami. Dia lelah, kutahu pasti itu. Aku bersikap baik, selalu seperti itu, membuatkan segelas kopi sesuai pesanannya, "Di gelas kecil saja". Setelah itu, kami mengobrol. Entah tentang apa, aku lupa. Lalu, tiba-tiba sikapnya berubah. Menggertakku tanpa kutahu apa salahku. Padahal, dia tak pernah sekalipun menggertakku. Kecuali, saat aku berisik, mengganggu dia melakukan rutinitasnya. Dan, malam itu semuanya berubah. Orang yang sangat kuagung-agungkan, tiba-tiba dengan teganya, merubahku dari bocah periang menjadi tak lagi bersemangat setiap

Hai, blogger! Apa kabar? Senang bisa kembali kesini, lebih tepatnya, senang bisa siap kembali kesini, kembali menulis. Tahu seberapa senang saya saat ini? Sesenang memulai hari, keluar dari rumah di pagi hari, lalu hal pertama yang kita lihat adalah langit biru cerah dengan awan putih tipis yang menyembunyikan matahari. Indah. Menyenangkan... Jika ada yang menanyakan mengapa kemarin saya memilih pulang ke dunia nyata, meski tak benar-benar pulang, jawabnya... "Karena kemarin terlalu mengabaikan dunia sekitarku, duniaku yang sempat terlupakan, dunia yang terjamah olehku tapi tak benar-benar kumanfaatkan, tak kupedulikan." Sekarang, setelah merasa cukup untuk pulang ke dunia nyata, sedikit menengok dunia maya ini, boleh kan? ok... "Sambut aku, dengan senyummu, bila aku pulang..." -naff-