Langsung ke konten utama

Study Tour Exist'08 (6)

Hari keenam…

Hari ini, tak ada bus yang mengantarkan kami. Pergantian kota yang akan kami lakukan malam nanti, juga berarti pergantian bus. Bus yang akan mengantarkan kami ke Bali, baru akan datang selepas maghrib nanti. Jadilah kami akan menggunakan bus trans Jakarta untuk membawa kami ke tujuan terakhir kami di kota itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Naik busway!! Senang karena akan benar-benar merasakan udara kehidupan di kota Jakarta. Setelah sebelumnya dengan kamar ber-AC, bus ber-AC, dan tempat kunjungan kami yang semuanya adalah kantor ber-AC. Memang sempat merasakan udara Jakarta, tapi apalah artinya jika hanya beberapa menit, itupun selama kami meninggalkan bus untuk masuk ke tempat kunjungan atau ke wisma yang ditempati kami.
Ternyata, perlu berjalan beberapa ratus meter, atau sudah masuk dalam hitungan kilometer untuk mencapai halte busway dari wisma kami. Berjalan dan sudah sangat kelelahan, tapi Alhamdulillah bisa tiba juga disana. Beberapa dari kami memilih naik bajaj atau mikrolet untuk menyusul kami ke halte busway.
Senang akan merasakan naik busway. Tapi, kesenangan langsung surut mengingat harus melewati jalan (seperti jembatan penyeberangan tingginya) untuk mencapai halte busway. :( Naik jembatan penyeberangan saja langsung gemetaran dan kaki jadi keram, apalagi harus melewati jalan yang lima kali lebih panjang dari jembatan penyeberangan di Makassar. :’( mau menyeberang saja rasanya. Seolah lebih baik tertabrak kendaraan daripada jatuh dari ketinggian. Tapi, ada pagar pembatas di tengah jalan. *disiplinnya!!* Jadi, mau tidak mau harus melewati jalan tinggi itu. T_T Untung ada dua orang teman yang bersedia kupegangi tangannya dan itu semakin menguatkan saya. Terimakasih banyak!! Idel dan Mini. ^^
Oh, iya… halte kami bernama Harmoni. Dan kami akan turun di perhentian terakhir. Ada perwakilan KKU yang juga bekerja di KPI yang menjemput kami disana. Kak Tima!! ^^ Kami dijemput lalu berjalan kembali melewati jalan tinggi untuk tiba di seberang jalan. T_T Mau mati saja rasanya!!!!!!!!!!!!!!!! Setibanya di seberang, kami berjalan lagi beberapa ratus meter menuju kunjungan kami selanjutnya.
Tidak seperti sebelumnya, dimana bapak pendamping menemani kami dari wisma sampai di tempat yang kami kunjungi, kali ini pendamping kami menunggu kami disana dikarenakan beberapa urusan beliau sebelumnya. Keterbatasan waktu di hari Jumat itu membuat diskusi kami dibatasi dengan dua pertanyaan saja pada sesi tanya jawabnya. Kami juga sempat melihat tayangan-tayangan yang tidak sempat ditegur oleh KPI. Tayangan ini mendapat teguran karena keluhan dari masyarakat yang lalu ditindaki oleh KPI dengan teguran tersebut.
KPI tempat kunjungan terakhir kami. Tempat terakhir yang menjadi tempat kami untuk didampingi oleh bapak dosen. Tidak tahu bahwa disana adalah tempat terakhir kami bertemu dengan bapak dosen pendamping, sampai kami lupa mengucapkan terimakasih banyak atas dampingannya selama kami disana.
Selesai kunjungan tersebut, kami ditraktir makan siang oleh kakak tadi, kak Tima. Alhamdulillah… Terimakasih, kak!! ^^ Dan, kabar kemarin kalau kak Tima mau nyusul kami ke Bali, ternyata benar. Kak Tima bahkan sudah memegang tiketnya. Hhehe. Setelah makan siang, kak Tima masih sempat menemani beberapa teman ke Tanah Abang untuk membeli beberapa barang. Sementara saya dan beberapa teman memilih kembali ke wisma, membereskan barang-barang kami disana sebab malam harinya kami akan berpindah kota. Kembali berjalan dan melewati jalan tinggi itu lagi T_T.
Hujan mengguyur ibukota selagi kami masih di bus. Tiba di tempat perhantian kami, kembali melewati jalan tinggi itu. Dan, semakin mengerikan dengan adanya angin kencang serta jalan basah yang membuat setiap detik seolah-olah menjadi penting dan terasa sangat lama. Alhamdulillah, bisa tiba di seberang dengan selamat. Tiba di seberang, masih hujan, maka kami memilih untuk menggunakan bajaj untuk menuju wisma kami.
Selagi menunggu malam, saat kami akan berpindah kota, beberapa dari kami sibuk membereskan barang yang akan dibawanya. Saya nebeng membersihkan diri di kamar teman yang tak ikut ke Bali. Kamar Idel dan Liry. Mereka berdua memilih ke Yogyakarta saja. Membersihkan diri sekalian berganti pakaian yang lebih nyaman untuk perjalanan panjang nanti. Tetap dengan celana training dan jaket agar tidak kedinginan di bus nanti. Oh, iya… ada dua teman lagi yang tidak ke Bali. Joe yang akan kembali ke Bogor, tempatnya semula sebelum bergabung dengan kami di Jakarta. Dan, Baso yang langsung kembali ke Makassar karena beberapa urusan.
Saya masih sempat bersantai-santai di kamar teman tadi. Bahkan, sempat bermain UNO sampai tiga kali permainan!! Hha ^^ Sampai akhirnya ada panggilan dari teman lain, bahwa bus kami sudah datang. Segera saja kami berpamitan dengan Idel dan Liry, lalu membawa barang-barang kami dari lantai dua, turun lalu naik lagi ke bus. Bus kali lebih lapang dari bus yang kemarin, tapi entah kenapa terlihat tak cukup untuk menampung kami. Karena beberapa masalah, perjalanan kami sempat ditunda beberapa jam untuk diskusi ini-itu. Belum lagi, tayangan TV swasta pertama yang kami kunjungi kemarin ternyata disiarkan malam itu. Jadilah kami berhenti menonton tayangan itu. Lalu kembali ke bus setelah acara usai. Bus berjalan, lalu kami melambai-lambaikan tangan pada teman-teman kami yang masih menginap semalam lagi untuk beristirahat di wisma itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan