Langsung ke konten utama

Study Tour Exist'08 (1)

4 – 14 Juli 2010

Perjalanan jauh menanti untuk ditempuh. Agak ragu, memang. Jarak yang ada di depan mata adalah jarak terjauh yang pernah membuatku tak akan merasakan hangatnya rumah lagi. Belum tahu seperti apa tempat yang akan didatangi membuat keraguan itu semakin menguat saja.
Study Tour (Study Media) bersama saudara-saudari Exist’08 di Jakarta – Bali membuat saya pergi sejauh itu. *tak perlu malu untuk mengakui ini hal yang pertama, baik tempat atau apapun itu, sebab itu bukan hal yang memalukan*

Hari pertama…
Penerbangan peserta Study Tour, beserta satu dosen pendamping (Dr. Hasrullah) dan wali seorang peserta, yang terbagi dua membuat rombongan ini harus saling menunggu untuk bisa bersama kembali. Sekitar pukul 08.30 rombongan telah lengkap. Tapi, sempat berkurang kembali dikarenakan beberapa orang diantaranya sedang menyelesaikan urusan di kamar kecil, termasuk saya. Hhe. Lalu, sebutan “KOSMIK!!” yang terdengar lantang terdengar diucapkan untuk memanggil semua anggota rombongan. Kami yang sedang di kamar kecil tak terlupakan. Panggilan ini ternyata untuk mengumpulkan kami semua menuju bus yang akan mengantarkan kami selama beberapa hari ke depan. Saya yang paling akhir keluar dari kamar kecil ternyata sedang ditunggu oleh si pemilik suara tadi. Kak Tima, perwakilan KKU Jakarta. Langsung saja kusapa *percakapan awal dengan beliau* dan kusampaikan salam dari seorang kakak *amanah tersampaikan! Yeah!! ^^*
Beliau masuk dalam tim pagi penyambutan peserta study tour. Tapi, karena satu dan lain hal, akhirnya hanya beliau yang bisa dan sempat menyambut kami. Tak tanggung-tanggung, beliau tetap ikut mendampingi kami sampai pada tempat kunjungan pertama kami, Sekretariat Negara.

Setelah bus besar kami terparkir nyaris sempurna, kami tiba pada tempat tersebut dan bertemu dengan beberapa kanda KKU Jakarta. Bang Gegen, Mbak Ana, dan yang paling membuat saya takjub, Mbak Siska!! Lincah skali kakak yang satu ini. Baru beberapa hari diwisuda, beliau sudah ada saja di ibukota. Bersaing, bertahan hidup di kerasnya ibukota.
(applause) langsung saja kukatakan padanya setelah menyapanya.
“Lincahnya inie!!”
Beliau hanya tertawa saja. Hhehe. Betul-betul lincah!! *patut ditiru*

Di sela-sela touring istana Negara, istana merdeka, dan beberapa tempat yang ada di area tersebut, kami pun berfoto sekedar mengabadikan momen tersebut. Oh, iya… momen tersebut diabadikan oleh pihak SEKNEG. Kami tidak diijinkan untuk mengabadikan momen pada tempat tersebut dengan menggunakan kamera kami. Jadilah semua kamera disimpan dulu. Tas dititipkan pada tempat yang telah disediakan, lalu ponsel tidak dibunyikan.

Touring berakhir, lalu agenda terus berlanjut. Kali ini, KEMENPORA. Awalnya, saya mengira kegiatan yang akan berlangsung adalah diskusi seputar kegiatan para pemuda. Tapi, ternyataaaaaaaaaaaaaa… diskusi mengenai situs KEMENPORA. Tentang kegiatan MENPORA yang dikomunikasikan melalui situs itu. Mungkin diskusi tersebut diadakan sehubungan dengan mata kuliah Teknologi Komunikasi yang kami studi banding-kan ini.
Kegiatan di KEMENPORA tak berakhir begitu saja. Ada pertandingan futsal antara Exist’08 dengan KKU Jakarta. Beberapa kanda yang mungkin sudah jarang berolahraga karena kesibukannya tampak sangat bersemangat mengikuti pertandingan ini. Sementara, beberapa saudara seangkatan yang mungkin terlihat masih muda, tampak kehilangan semangat pada hari pertama Study Tour ini. Mungkin, karena kelelahan dan masih sulit menyesuaikan diri dengan udara Jakarta, apalagi dengan kemacetan yang sungguh membuat kepala pening disana. Saya masih sempat mendengar guyonan dari seorang kanda, meski tak jelas mendengar darimana suara itu berasal, katanya “Ini pertandingan antara tenaga dan semangat!” *kurang lebih seperti itu*.
Oh, iya… *lupa ditambahkan* dosen pendamping kami tak kalah bersemangat. Dengan menggunakan seragam futsal yang juga dibagikan pada semua peserta Study Tour, beliau ikut bermain dan tergabung dalam team Exist’08.

Menjelang maghrib, rombongan peserta Study Tour menuju ke Wisma Bantimurung di Jalan Cempaka Putih Tengah. Langit sudah gelap saat kami tiba di wisma. Sempat nyasar karena driver bus-nya yang tak tahu jalan. Tapi, kami tak menyerah sampai disitu. Beberapa teman yang sudah menguasai wilayah tersebut mulai menghubungi kerabatnya untuk menanyakan kejelasan tempat yang akan menjadi tempat istirahat kami beberapa hari ke depannya. Masih mendapat informasi yang kurang jelas, akhirnya dua saudara kami, Akil dan Sigit turun dari bus dan naik bajaj untuk menuju kejelasan tempat yang menjadi tujuan kami itu. Bus kamipun langsung mengikuti bajaj tersebut, dan *tadaaaaaaaaaa* tibalah kami di wisma tersebut, yang ternyata jalan menuju kesana tidak berkelok-kelok seperti jalan yang membuat kami tersesat sebelumnya.
Setelah pembagian kamar, kami menuju kamar masing-masing dan langsung mengganti pakaian kami dengan yang lebih nyaman. *untuk yang lebih ‘nyaman’ khusus untuk saya mungkin.. hhe* Dari kemeja batik serta celana kain, menjadi baju kaos+jaket serta celana training.
Beberapa perwakilan KKU Jkt datang dan menyambut kami pada welcome dinner. Penyambutan ini juga disertai dengan perkenalan antara kanda KKU Jkt dengan Exist’08. Perkenalan ini tentu berisi perkenalan nama dari tiap orang *seperti biasa*. Masih agak kaku, memang. Mungkin karena kami yang belum bisa menyesuaikan diri dan masih malu mendekati kanda-kanda disana.


*hari selanjutnya di postingan berikutnya... ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan