Langsung ke konten utama

Untuk Kalian yang Tak Ingin Hidup

Saya tak punya sesuatu untuk membuat kalian bertahan hidup. Tapi, setidaknya dengan ini saya ingin memberitahu kalau kalian beruntung punya hidup seperti saat ini. Meskipun kadang kalian menyesali kenapa kalian hidup seperti itu.

Entah kenapa, akhir-akhir ini banyak manusia menyebalkan berlalu-lalang di kehidupan saya. Bukannya ingin mendepak mereka agar tidak bertemu dengan saya lagi. Tapi, rasanya menyebalkan saja bertemu dengan orang yang tiba-tiba berkata "Mau meka mati kurasa!" atau "Sedang mencari cara supaya bisa mati muda!"

Untuk yang pertama, teman saya ini entah sedang terbelenggu masalah apa. Tiba-tiba dia menyatakan ingin dibunuh saja. Katanya, setidaknya dengan begitu dia tidak perlu menanggung dosa bunuh diri. Saya katakan saja, "Apa untungnya saya bunuh kau? Pahala tak dapat, malah dosa saya yang tambah banyak. Enak saja!!"

Yang kedua, sama seperti yang tadi, saya juga tak tahu teman saya ini terseret masalah apa. Bawaannya pesimis sama hidup. Apa-apa mau mati. Ingin berhenti bernafas. A.R.G.H!!

Hey!! Kalian pikir kalian siapa seenaknya saja mau mati!! Asal kalian tahu, hal yang terdekat dengan kita itu adalah mati. Lupa baca dimana. Kita bisa saja mati saat melakukan hal yang kita sukai. bahkan, pada rutinitas kita yang biasanya kita lalui dengan lancar-lancar saja. Saya pun belum tentu bisa menuntaskan tulisan ini, seandainya saat dalam proses itu ada sesuatu hal yang terjadi pada saya. Kematian bisa datang kapan saja. Tapi, tidak seharusnyakan kita mendahului Dia, Yang Mengatur segalanya!

Sudah pernah dengar kalau kita yang terlahir ini adalah yang terpilih dari sekian banyak sel telur yang bisa dibuahi dari sekian banyak sperma? Ya, kita yang terpilih. Belum lagi dengan keadaan tubuh yang nyaris sempurna secara fisik. Setidaknya tidak kekurangan sesuatupun. Masih kurang bersyukur?? Bagaimana dengan mereka yang memiliki fisik tak sempurna? Lalu, dengan mereka yang nyaris sempurnya, tapi kini sedang memperjuangkan hidup mereka dengan bergantung pada selang infus ataupun tabung oksigen.

Iya... mungkin kalian 'batu' dan tak mau tahu. Tapi, segitu egoisnya kah kalian sampai hanya memikirkan nasib kalian sendiri? Masih tak peduli juga? Ayolah... hargai hidupmu hari ini. Bagaimanapun kalian telah menghabiskan sekian belas tahun untuk bisa hidup hari ini. Lalu, karena beberapa hal ingin mengakhiri hidup kalian begitu saja. Tidak adil!!

Komentar

  1. Sy pernah membaca:
    “Hanya butuh 1 dtik u/mati, tpi untuk hidup? hanya seorang pengecut yg ingin mengakhiri hidupnya”

    BalasHapus
  2. Andai mereka (yang tak ingin lagi hidup) membaca ini.. Amin.amin.amin!!
    Makasih, Dweedy!! :))
    oia, sy link yahh.. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Study Tour Exist'08 (7)

Perjalanan ke Bali… Bus berangkat sekitar pukul 21.00, dan baru berhenti pada pukul 02.00 untuk makan malam. Beginilah kalau perjalanan jauh, jam makannya tidak jelas. Beberapa dari teman kami lupa makan malam dan menderita maag, termasuk saya. Untung ada obat dari seorang teman, yang lalu membuat saya merasa lebih mendingan. Terimakasih, Maya!! ^^ Lanjut tidur, lalu terbangun sekitar pukul 10.00. Dan beberapa menit kemudian singgah di POM Bensin untuk membersihkan diri, ada yang mandi, keramas, ataupun sekedar gosok gigi dan cuci muka. Untung saja bus kami ber-AC, jadi kami tidak terlalu bermasalah dengan keringatan. Tidur lagiiii *hanya itu yang bisa dikerjakan*. Sempat bermain UNO di atas bus yang sedang berjalan itu. *sempat-sempatnya!!* Oh, iya… AC bus kami sempat bermasalah di jalan. Mulai tidak nyaman dengan keadaan ini, bus kami diservis dulu AC-nya di suatu tempat. Jadinya, kami bersinggah lagi. Ada yang memanfaatkan kesempatan dengan mengisi baterai ponselnya di warung pedaga