Langsung ke konten utama

Raditya Dika (Satu November)

Bermula dari sebuah SMS dari kenalan saya. SMS itu masuk ke inbox di ponsel sy saat perkuliahan pagi Etnografi Indonesia masih berlangsung. Sy pikir nyasar atau salah kirim. Bunyi SMSnya begini, "Ada tiket Raditya Dika di Madonk, 25rb!! Mau?? Call me yak!!"
Dalam pikiran sy: "Heh!? Madonk?? Makhluk jenis apa itu??"
Sebab tak tahu apa atau siapa Madonk itu, sy lalu bertanya ke beberapa teman di kelas sy tentang si Madonk tadi. Nihil!! Tak seorangpun yang mengenalinya. Kalau diingat dari semua orang yg sy kenalpun, sy cuma punya satu kenalan bernama Madonk. Mantan pacar teman sy, sekarang dia pun lagi di Bandung. Jadiiii, sama sekali tidak mungkin orang itu.
Sy lalu membalas sms tadi, "nda salah kirim??"
Kata kenalan sy itu, "TIDAK!!"
Rupanya sms-nya tak salah kirim. Yang salah hanya kenalan sy memberitahu sy tentang tiket yg ada sama temannya. Dan dia mengirim sms seolah-olah sy kenal sama Madonk. Bikin bingung saja...

Kami lalu janjian ketemuan untuk pemesanan tiket itu, sy pesan 4 (untuk sy, kidung, sabda dan hadi-nya). Oia... Kenalan yg sy tempati mesan tiket ini, sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan sy. Kami hanya sering bertemu di Plurk, dan sesekali di FB, YM, Twit, dan blog. Dengan nickname SemutHijau dan DhilaCue. Ini kali pertama kami akan bertemu langsung sebagai RH dan Dhila (entah lengkapnya apa ).

Pertama ketemu sama dia, di tangga pelataran Baruga. Dari jauh dia sudah senyam-senyum tak jelas (tak terlihat jelas sebab mata rabun, maksud sy ). Setelah saling berucap terimakasih dan maaf-maafan (kayak lebaran saja) sy pun pamit untuk langsung menuju ke tempat berlangsungnya talkshow tersebut. Dia juga pamit, meneruskan penjualan tiketnya.

@Ballroom MP...
Setelah berjuang mencapai MP yang perjalanannya harus ditempuh dengan pete-pete (masih biasa), lalu dilanjutkan dengan naik bentor di jalan berlubang (tidak biasa, kayak rollercoaster kidung bilang ). Sy dan kidung lalu menuju ballroom tersebut. Tapi, masih sepi. Kamipun berkeliling sebentar, membunuh waktu. Dan akhirnya terhenti di salah satu fastfood resto. Ganjal perut, dengan niat awal sekedar minum saja. Hha

Ke ballroom duduk di bangku deretan kedua, di deretan depan sudah ada anny, kiky, ayu, dita, dan wilda. Acara dimulai... agak tidak asyik!!
Dan sy sudah sangat jenuh sampai berniat meninggalkan ruangan itu.

Sekitar setengah jam kemudian, si Kambing Jantan-pun datang!!
Sebenarnya, saya tidak terlalu mengidolakan sosok ini. Membaca bukunya saja, hanya baca sedikit dan tidak sempat menghabiskannya saat pemiliknya sudah meminta bukunya. -_-

Kesan pertama saya:

"Raditya Dika ini orangnya serius!"
Sebab...
Sepertinya dia tak suka membuang waktu untuk sesuatu yang dianggapnya tak berguna. Contohnya saja, saat dia baru naik ke stage. Penggemar fanatiknya langsung maju (tak sampai naik ke stage) lalu motret dia. Entah dia merasa penggemarnya terlalu berlebihan atau memang tak suka difoto banyak orang, dia lalu berkata "Udah dong!! Kita ngobrol-ngobrol aja dulu..." Penggemarnya pun berjatuhan... Maksudnya jatuh kembali di tempat duduk masing-masing.
Setelah itu, belum lama setelah dia berbicara sepatah-dua patah kata, panitia lalu menampilkan slide foto-foto lucu
dia di screen yang ada di sebelah kiri stage. Perhatian para penggemar Raditya Dika pun teralihkan, histeris melihat foto-fotonya, sedang dia yang ada di stage sana menjadi terabaikan. Dia lalu berkata pada panitia, "bisa dicepetin nggak??". Panitia dengan wajah paniknya berusaha mempercepat jalannya slide tersebut. Hingga akhirnya dia berkata lagi, "di-stop aja dulu..."
yahhhhhhhh.. Itu sangat serius di mata sy.

Kesan kedua:
"Raditya Dika LUCU sangat!!"
Sebab...
Sy sampai nangis saat menertawakan kekonyolan dia di stage sana.

Kesan ketiga:

"Raditya Dika pasti pintarrr!!"
Sebab...
Dia memberi jeda saat orang-orang tertawa. Jeda untuk istirahat, lalu tertawa sampai nangis lagi.

Kesan keempat:

"Raditnya Dika baiiiiiiik skaliiiii!!"
Sebab...
Mau tunggu semua orang yang ingin berfoto dan minta tanda tangannya. Dia bilang, "tenang aja, sy akan disini kok sampai semuanya kebagian."


Oia, waktu bergiliran untuk foto sama Raditya Dika, saya ada di antrian depan. Maklum, teman-teman saya lincah sangat!! Saya meminta Kidung supaya kami bisa foto bertiga, tapi Kidung meminta foto berdua sama Raditya Dika. Artinya, saya juga foto berdua dong?! Malas saya!! Tapi, mau apa lagi, saya sudah ada di stage itu. Lalu, berfoto berdualah sama dia!! Meski dengan hasil yang tak indah, arah mata kami tak sama. -_- Nasib saya yang tidak aktif mengajak dia ngobrol (seperti teman-teman saya).

Setelah selesai berfoto, saya turun dari stage dan menghampiri Cue, teman yang menawari saya tiket. Bilang 'makasih' lagi. Belakangan, saya baru tahu kalau dia mual kalau dengar orang bilang terima kasih ke dia. Itu kata dia sih. Kalau di Plurk, pakai emoticon ini.

Ahhhh.. Raditya Dika.. Sy sukaaaaaa!! Sungguh sangat suka. Beli bukunya dehhhhh... Mau borong!! Cari satu-satu dulu.. Eh, kumpul uang dulu..

Komentar

  1. Masih ada lanjutannya postingan saya itu!! Saya edit dulu yak!!

    oia..
    komennya yang panjang donggg!! Sy ngarepnya gituuuu!! :(

    BalasHapus
  2. Radiya Dika (Satu November) <==== title.y aja salah

    BalasHapus
  3. (applause) sdh mii tawwa di ganti (haha)

    :-&

    BalasHapus
  4. (haha) iyaa dong!! tinggal edit dikit saja.. :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan