Langsung ke konten utama

Klub 'Pembaca Aneh'


Ini pertama kalinya saya membuat review buku (selain tugas di sekolah dulu). Klub Pembaca Aneh, dimana kita diminta untuk membuat tiga review buku selama satu bulan. Review di post di blog. Entah kalau di post di tempat lain juga. :D Lalu, link-nya di post di twitter dan mention mereka yang juga anggota klub ini. Dengan beberapa syarat. Bagi yang kalah, mendapat sanksi berupa traktir gocengan di salah satu fastfood. Saya tertarik bergabung dengan klub ini karena saya bisa terus membaca. Meskipun bacaan ini berbentuk novel, setidaknya saya akan mendapat dorongan untuk mengisi waktu saya yang begitu lowong dengan membaca.

Awalnya, saya tahu keberadaan klub ini ketika melihat update-an twit Kak Tri Ayu. Nama klub 'Pembaca Aneh' ini juga saya dapat dari blognya saat membaca review buku yang dibacanya. Heran melihat betapa dia bersemangat membuat review buku. Rupanya sedang bergabung dengan klub yang sebelumnya sudah dijalani oleh Adik Pipi dan Adik Endi. Sekarang, jumlah orang yang bergabung sudah enam. Bersama saya, kemarin juga bergabung Adik Ame dan Kak Imas.

Jadi, review ini dihitung perbulan. Entah ini bulan ke berapa bagi anggota sebelumnya, yang jelas ini bulan pertama kami (anggota baru). Dan, bayangkan... kalau kalah dan harus traktir 5 orang. -___- Kalau sedang beruang itu tak apa. Tapi, kalau ongkos ke kampus saja susah?? -___- Tapi, sampai setengah bulan berakhir saya belum juga membuat satu review pun. Dan baru membaca satu buku. Tenang... saya tidak akan menyerah. Hahahahaha. Tunggu review saya!! :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan