Langsung ke konten utama

Kaisar KOSMIK 2012-2013

Tulisan ini dibuat atas terpilihnya Kaisar KOSMIK 2012-2013 dini hari tadi...

Koridor KOSMIK, FIS IV Lt.2, begitu ramai malam tadi. MUBES XXIV belum usai. Tapi peserta MUBES sudah harus meninggalkan tempat sebelumnya, Aula RAMSIS UNHAS. Tempat kedua, setelah FIS III Ruang 107 yang digunakan pada 10-12 Februari kemarin. 15-16 Februari agenda dilanjutkan di Aula itu. Tapi, ternyata izin yang ada hanya sampai pukul 22.00 WITA. Mengingat portal RAMSIS yang akan ditutup. Jadilah MUBES dipindah ke koridor. Tempat teraman tanpa mesti berizin.

Wajah-wajah lelah dini hari, juga wajah cemas mesti pulang cepat, sudah terlihat disana. Banyak yang mesti kuliah pagi. Tapi, sayang kalau harus menunda besok lagi, agenda yang tersisa tinggal Pemilihan Ketua Umum KOSMIK. Agenda seru yang ternyata berjalan begitu seru tanpa tertebak sebelumnya.

Ada mekanisme pemilihan yang mesti diikuti kali ini. Pada pemilihan pertama ada 5 suara terbesar yang akan dipilih kembali untuk mencari 3 terbesar. Tiga besar yang juga menjadi formatur kepengurusan nanti. Mereka adalah Cubo K'09, Hajir K'10, dan Reinhard K'10. Banyak canda yang mengiringi saat calon-calon ketua ini memaparkan visi-misi. Juga saat sesi tanya-jawab dilakukan. Tapi, bukan berarti pemilihan ini tak serius. Kita semua serius. Begitu juga para calon ketua dalam meyakinkan kami, para pemilih.

Tidak perlu saya utarakan, siapa memilih siapa saat itu. Pemilihan berjalan dan terpilihlah Azwar Marzuki (Cubo K'09). Adik sesama pengurus di periode kemarin. Saya suka memanggilnya 'Adik Cubo'. Bukan ingin menegaskan senior-junior. Hanya karena saya  benar-benar menganggapnya seperti adik. Meski kenyataannya dia lebih banyak tahu daripada kakak-kakak ini. *malu sendiri :D

Ada beberapa hal yang menurut saya berpikir dia pantas jadi Kaisar KOSMIK...

  • Seorang kakak pernah bercerita. Ini waktu Cubo masih MABA, sepertinya. *lupa. Kakak ini bercerita, ada seorang adik yang menegurnya saat berada di pete-pete yang sama dengannya. Adik ini berkata, "Kak, anak KOSMIK ki kan?" perbincangan berjalan seterusnya. Sang adik memperkenalkan dirinya sebagai adik di KOSMIK. Kakak ini begitu senang. Mengingat ada juga yang takut menegur saat bertemu anak KOSMIK lainnya. *menyinggung diri sendiri (penulis-red)
  • Masih waktu Cubo MABA. Bersama Mifda, kami tinggal sampai jam 12 Malam di Korps. Menyelesaikan layout Acta Diurna saat itu. 
  • Lagi-lagi dia MABA saat itu. MUNAS IMIKI tahun 2009 diadakan di Malino. Dimulai saat kami masih ada jadwal kuliah. Tidak seperti teman-teman lainnya, beberapa dari kami memilih absen sehari untuk terlibat di MUNAS itu. Dan, Cubo ikut serta padahal itu masih di awal perkuliahan. Dimana banyak orang yang sangat takut ketidakhadiran di perkuliahan akan mengurangi nilai-nilainya nanti.
  • Selain itu, Cubo cerdas, wawasannya luas, dan banyak hal lainnya yang Insya Allah akan membuat semangat ber-KOSMIK tak pernah mati.
Semangatki, Adik Cubo!!
Eh... Kaisar KOSMIK!! ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Berdamai dengan Takdir

Sepertimu, saya hanya seorang manusia biasa. Dengan jalan hidup yang sudah ditentukan oleh-Nya. Kita menyebutnya takdir. Saya, kau, dia, dan mereka takkan pernah bisa membuatnya berubah atau bergeser sedikitpun. Ukurannya tepat tanpa bisa digugat. Beberapa tahun ini, ada takdir yang terus saya sesali keberadaannya. Terus bersedih saat mengingatnya. Seringkali menyalahkan hal lain sebagai penyebabnya. Termasuk menghukum diri dengan menganggap kesialan tak pernah punya akhir. Sekarang... saya memilih berdamai dengan keadaan. Berdamai dengan takdirku juga takdirmu. Saya bukan seorang penting yang bisa membuatnya berubah. Lagipula, kalau ini takdir, bagaimana bisa saya melawannya? Yang saya bisa hanya mencoba berdamai. Mencoba menata hati yang selalu menentang hal yang tak saya sukai. Tapi, bukankah hati tak mesti selalu bahagia? Sedih, gusar, dan kepahitan hidup harus ada agar kau juga bisa menghargai nikmatnya bersenang-senang. Berdamailah... terima takdirmu. :)