Langsung ke konten utama

Selamat Ulang Tahun, Bun!!

Selamat ulang tahun, Bunda...

Hari ini tepat empat puluh tahun kau terlahir menjadi anak dari ibumu. Ibu yang sangat menyenangkan, meski seringkali kugertak akibat sikap paranoidnya yang berlebihan. Semoga beliau memaafkan sikap cucunya yang tak tahu terimakasih ini. Semoga tak sedih hatinya melihat anak dari anaknya berkelakuan berbeda dengan inginnya. Semoga tak sakit juga hatimu melihat tingkahku yang kurang ajar itu.
Kurang dari separuh usiamu, telah diisi dengan kehadiranku. Kau memang masih sangat muda saat aku terlahir dan menjadi salah satu manusia pengisi harimu. menjadi salah satu orang yang kau sangat bertanggung jawab atas segala yang terjadi padanya.
Semoga ada kesempatan dimana aku bisa membahagiakanmu kelak. Dan tak ada waktu untuk mengecewakanmu lagi. Amin...

Tahun ini, tahun dimana kau mendapat berkah melimpah dari-Nya. Insya Allah, kau akan mengunjungi Tanah Suci yang menjadi Rukun Islam yang ke-empat. Akan ada keikhlasan disana. Kau ikhlas kesana. Dan kami disini, ikhlas membiarkanmu kesana.
Kutahu pasti akan ada rindu yang teramat besar, saat berjauhan denganmu, tak bertemu denganmu selama empat puluh hari itu. Semoga bisa aku ikhlas menjalaninya.
Kau tahu aku sangat menyayangimu, tanpa harus kuucapkan dengan lisanku. Kau tahu aku sangat menikmati hangat pelukanmu yang bisa menenangkanku. Semoga selalu baik-baik saja kau, Bunda. Kapan dan dimanapun kau berada.

Kadang, aku merasa kau lebih aman bersamaku. Daripada kau sedang jauh tak bersamaku, hingga aku tak punya daya untuk melindungimu. Tapi, kurasa aku harus belajar untuk tidak mengkhawatirkan itu. Sebab ada Yang Maha Pelindung yang Insya Allah selalu menjagamu.

Sekali lagi, selamat hari lahir, Bun...
Semoga jiwa mudamu tetap menyemangati ragamu yang mulai menua. Bagiku, kau tetap ibu tercantik. Juga memiliki senyum termanis yang bisa mendamaikan setiap amarahku.

Hingga sekarang, kau masih menganggapku putri kecilmu. Putri bungsu yang tetap masih rapuh dan sangat ingin kau lindungi. Sering kau tak mengizinkan aku untuk melakukan yang kusuka dan itu lalu membuatku murung. Hingga akhirnya kau memilih untuk tak melarangku lagi, meski itu seringkali membuatmu gelisah. Sedang putri sulungmu, dengan mudahnya kau izinkan kemanapun. Entah kau merasa dia lebih bisa mempertanggungjawabkan sikapnya atau bagaimana. Tapi, dia bisa dengan mudahnya pergi dan melakukan hal yang disukainya. Akhirnya, aku seperti tertuntut untuk meminimalisir melakukan hal yang kusukai. Sebab kutahu itu kadang meresahkanmu. Jadi, kupilih mengurangi aktivitasku di luar rumah. Kau senang? Semoga saja begitu... amin.

Semoga sehat selalu, Bun... Dan semoga kau selalu dalam lindungan-Nya. Hari yang (mungkin) berat akan kau jalani tak lama lagi. Semoga kau tetap bersemangat menikmati setiap detik waktunya. Amin selalu untuk semua yang terbaik untukmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan