Langsung ke konten utama

Private Number, si Penyempurna Kebodohan

Beberapa bulan terakhir, menghubungi satu nomor dengan private number. Sempat rutin sekali seminggu. Kalau saja nokia 5000 itu tak rusak, pasti rutinitas itu masih tetap sama. Menghubungi hanya untuk mendengar seseorang di seberang sana mengatakan, "Halo, siapa ini??"

Tak lupa percakapan sepihak itu direkam, lalu didengarkan beulang-ulang. Untuk menambah semangat, katanya. Bodoh memang!!!!!

Lalu, berganti ponsel. Mulai menghubungi orang yang diseberang itu. Masih dengan nomor yang disembunyikan. Mencoba cari di om google tentang cara memprivasikan nomor dari orang itu. Bukan lewat settingan ponsel, tapi dengan menambahkan beberapa karakter di depan nomor yang ingin di hubungi. Sebab, sempat lupa merubah settingannya kembali, sampai-sampai telfonnya di-reject terus saat ingin menghubungi teman yang lain.

Mencari-cari artikel yang tepat di om google, tapi malah menemukan fakta yang berbeda. Kabarnya, private number bisa dideteksi. Ada beberapa cara. *tanya saja sama om google*. Dan yang paling membuat kebodohan itu sempurna, katanya jika nomor yang dihubungi menggunakan ponsel SE, maka nomor yang disembunyikan akan tetap terbaca nomornya.

Malang bagi orang yang menghubungi, orang yang dihubungi terakhir bertemu masih setia dengan SE-nya. Sangat berharap orang tersebut sudah tak setia lagi. Jika saja tidak, percuma saja berkedok 'tidak mempedulikannya lagi' yang sudah 11 bulan dijalani. Mulai dari tidak bertemu lagi, tidak berkomunikasi, dan tidak menanyakan kabarnya lagi (lewat teman sekalipun), semuanya GAGAL!!!!!!! -_-



*terimakasih (lagi), Ky!! Atas 'pinjaman' ponselnya utk posting kebodohan ini.. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...