Langsung ke konten utama

Maaf... u_u

Maaf...


Hanya itu yang bisa terucap saat ini untuk keadaan yang mungkin tak berkenan di hati kita semua

Jujur, saya pun tak bisa memutuskan, apa saat itu saya MENOLAK atau MENERIMA. Saya tak berada disana. Dan baru berada disana setelah penolakan itu. Saya mengetahuinya dari seorang teman saat saya masih dalam perjalanan menuju kesana. Saya menanyakan agenda yang sedang berlangsung saat itu.

Dan betapa terkejutnya saya saat mendapat jawaban dari teman itu. Saya tanyakan lagi, "Kenapa bisa??". Saya tak sanggup menunggu jawaban via SMS yang selalu mempermainkan penggunanya lewat keterlambatan pengiriman. Saya telfonlah si teman itu.

Dan... :'(


Sekali lagi, saya tak ingin membenarkan sikap saya yang tak turut andil dalam pembelaan kalian. Saya juga tak bisa memutuskan apakah saat itu saya MENERIMA atau MENOLAK. Saya katakan seperti itu, sebab saya tak ada disana. Tak merasakan atmosfer FIS III 104 yang mungkin penuh sesak oleh perdebatan forum. Perdebatan yang mungkin mempengaruhi suara penerimaan atau penolakan saya.

Maaf...
Tak ada disana...
Maaf...
Untuk hati yang tersakiti atas keadaan yang terjadi...
Tak lagi saya pikirkan,
apakah saya MENERIMA atau MENOLAK
Yang saya pikirkan,
Bagaimana menyembuhkan luka hati kalian yang merasa terkhianati?
(kalaupun seperti itu)
Bagaimana kita bisa bermesraan lagi?
Dan... semoga tak ada yang berubah dari hubungan kita

Semua menyayangi kalian...
Dan, tanpa kalian... Kami tak lengkap...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Berdamai dengan Takdir

Sepertimu, saya hanya seorang manusia biasa. Dengan jalan hidup yang sudah ditentukan oleh-Nya. Kita menyebutnya takdir. Saya, kau, dia, dan mereka takkan pernah bisa membuatnya berubah atau bergeser sedikitpun. Ukurannya tepat tanpa bisa digugat. Beberapa tahun ini, ada takdir yang terus saya sesali keberadaannya. Terus bersedih saat mengingatnya. Seringkali menyalahkan hal lain sebagai penyebabnya. Termasuk menghukum diri dengan menganggap kesialan tak pernah punya akhir. Sekarang... saya memilih berdamai dengan keadaan. Berdamai dengan takdirku juga takdirmu. Saya bukan seorang penting yang bisa membuatnya berubah. Lagipula, kalau ini takdir, bagaimana bisa saya melawannya? Yang saya bisa hanya mencoba berdamai. Mencoba menata hati yang selalu menentang hal yang tak saya sukai. Tapi, bukankah hati tak mesti selalu bahagia? Sedih, gusar, dan kepahitan hidup harus ada agar kau juga bisa menghargai nikmatnya bersenang-senang. Berdamailah... terima takdirmu. :)