Langsung ke konten utama

Korban-korban Kecerobohan dan Ketidakstabilan Emosi (2)

Masih salah satu korban saya. Yang ini, benda yang sangat saya sukai. Sayangi. Sungguh, sangat!!!!!


LG KP320

Baru melihat gambarnya saja, saya sudah ingin menangis. Saya sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali dengan benda yang satu ini. Benda pertama yang saya memohon ibu saya untuk membelikannya. Saya jatuh cinta saat pertama kali melihat promosinya di televisi. Saya suka desainnya.
Suka.suka.sukaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Satu kesalahan saya, saya suka sekali memakai fasilitas web-nya. Padahal, saya sudah ditegur oleh kak Syahrul (Communication Cyber Club KOSMIK 2008-2009). Beliau menegur saya, kalau benda itu 'kuat' di kualitas gambar foto dan videonya. Tapi, 'lemah' di yang lainnya-termasuk web. Kamera 3MP yang sangat sering saya gunakan (masih maba waktu itu) untuk berfoto dengan teman-teman. Saya juga sering merekam momen-momen penting bersama mereka. Oh, iya...
emoticon di fasilitas SMS benda ini sangat lucu!! Sering saya gunakan saat bertukar pesan teks. Meski emoticon itu hanya bisa dibaca oleh saya. Di handphone lain biasanya tak terbaca. Atau, lebih parahnya terbaca dengan emoticon yang berbeda di perangkat lain (untuk Sonny Erricson). Ada emoticon yang menggambarkan perasaan kesal, tapi di perangkat lain terbaca perasaan jatuh cinta. ARGH!!!! Tapi, saya tetap suka benda ini.

Kemungkinan besar, benda ini rusak karena sering saya paksakan fasilitas web-nya. Kemungkinan lain, saat saya sedang menggenggam benda ini. Sedang genggaman itu tak terlalu kuat. Hingga ketika seorang teman menyambar tangan saya, benda itupun terlempar, terguling-guling, terbaring dalam kondisi 'mati'. Dia terlempar di atas aspal. Waktu itu, sepulang dari Pra FIGUR. Dan, saya tidak bisa menggambarkan bagaimana rasanya benda kesayangan saya itu terkapar di atas aspal yang sama sekali bukan tempat yang baik untuk terjatuh. Kalau saja, rasa sayang saya kepada teman-teman saya tidak melebihi rasa sayang saya pada benda itu, sudah saya maki teman saya itu!! :D Maaf, LG KP320-ku, sayang... :'( harus ada yang dikorbankan disini. T_T

Indikasi kerusakannya, terlihat di malam sebelum saya mengikuti FIGUR (Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal) KOSMIK. Waktu itu, saya sedang asyik memindahkan data-data di dalamnya (kemungkinan juga rusak karena ini). Mungkin dia bekerja terlalu keras untuk memindahkan data itu, hingga dia memutuskan untuk meninggalkan saya saja. :'( Tiba-tiba dia ter-
restart dengan sendirinya. Berkali-kali hingga dia 'demam'. Saya lalu memutuskan untuk membuka battery-nya saja. Dan... 'mati'lah dia sampai batas waktu yang tidak tertentukan. :'(

Saat mengikuti FIGUR, saya masih membawanya turut serta. Berharap ada keajaiban yang bisa meng'hidup'kan dia kembali. Tapi...hingga kini dia belum 'hidup' juga. :'(
Ya, 'usia'nya sangat singkat. Hanya sejak tanggal 16Oktober2008-6Maret2009. Kurang dari lima bulan kami bersama. Tapi tak cukup juga melunturkan rasa suka-ku padanya. Bahkan, ketika dia 'mati'pun, kepada ibu saya meminta untuk dibelikan benda dengan tipe itu lagi. Ibu mengiyakan. Tapi, saya pikir, cukup satu dialah yang menjadi benda kesayangan saya.

Oh, iya... saat diservis oleh langganan teman ibu saya. Si tukang servis itu mengira kalau pemilik handphone itu adalah lelaki. Terlihat dari isi 'tubuh' benda itu yang terburai kemana-mana, tak lagi pada tempatnya. Dan, berhubung nama panggilan saya di rumah adalah Ekha, yang bisa dikira lelaki bisa juga dikira perempuan. Semakin yakinlah orang itu kalau Ekha, si pemilik LG KP320, adalah lelaki. Saat diberitahu kalau si Ekha adalah perempuan, si tukang servis berkata, "Hah?! Bagaimana mi itu tampangnya kalau
handphone-nya saja kayak begini?!"

Hiks... T_T Sudah itu benda kesayangan saya!! Saya dikatai lagi hanya karena perlakuan terhadap benda kesayangan saya itu kemudian mem'bunuh'nya. :'(

Dan... masih ada lagi...
Tapi, masih terlalu sedih untuk melanjutkannya.
Nanti saja yak!! :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Berdamai dengan Takdir

Sepertimu, saya hanya seorang manusia biasa. Dengan jalan hidup yang sudah ditentukan oleh-Nya. Kita menyebutnya takdir. Saya, kau, dia, dan mereka takkan pernah bisa membuatnya berubah atau bergeser sedikitpun. Ukurannya tepat tanpa bisa digugat. Beberapa tahun ini, ada takdir yang terus saya sesali keberadaannya. Terus bersedih saat mengingatnya. Seringkali menyalahkan hal lain sebagai penyebabnya. Termasuk menghukum diri dengan menganggap kesialan tak pernah punya akhir. Sekarang... saya memilih berdamai dengan keadaan. Berdamai dengan takdirku juga takdirmu. Saya bukan seorang penting yang bisa membuatnya berubah. Lagipula, kalau ini takdir, bagaimana bisa saya melawannya? Yang saya bisa hanya mencoba berdamai. Mencoba menata hati yang selalu menentang hal yang tak saya sukai. Tapi, bukankah hati tak mesti selalu bahagia? Sedih, gusar, dan kepahitan hidup harus ada agar kau juga bisa menghargai nikmatnya bersenang-senang. Berdamailah... terima takdirmu. :)