Langsung ke konten utama

Teman Superalim

Tentangmu yang sudah tak terdeteksi lagi keberadaannya...

Dulu... pernah saya berharap bisa menjadi temanmu. Kapan lagi bisa punya teman yang super alim?? Alhamdulillah, kau sering menyapa dalam keheningan malam yang sepi itu. Kau selalu ada, menanyakan kegiatanku selarut itu.

Dulu... kukira kau superkuat. Pikirku, imanmu sangat kuat. Sayang, mentalmu kadang jatuh saat masa lalumu terbayang di depan matamu. Masa lalu yang hampir sama dengan masa laluku. Bedanya, saat hal itu kembali terjadi di hadapanku, pilihanku adalah menghindar. Sedang, kau memilih tetap disana meski jiwamu kesakitan. Bisa sakit juga kau rupanya. Saat itu, kau memucat... lalu harus ditopang tubuhmu agar tak jatuh. Kau benar-benar rapuh. Andai kutahu hal itu akan terjadi, akan kuminta kau meninggalkan tempat itu tanpa sempat membiarkanmu kembali mengenang masa lalu yang menyakitkanmu itu.

Lalu...
Kau pergi...
Hilang sudah harapanku berteman dengan orang superalim sepertimu. Banyak yang superalim, tapi tak pernah membiarkanku masuk ke dunianya. Beda dengan dirimu kan?
Kini...
Kau benar-benar meninggalkanku. Tak ada lagi sapaanmu di dini hari itu. Sekedar berbagi masalah, atau menyelesaikan masalah bersama. Yang ada hanya saya yang masih membiarkan diri ini mengamati pergerakanmu menuju insan-Nya yang lebih mulia. Semoga langkahmu tetap mantap ke depannya, kawan! Tetap ingat Dia. Dan semoga masih banyak orang superalim yang bisa memberiku pelajaran berarti sepertimu. Amin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan