Tentangmu yang sudah tak terdeteksi lagi keberadaannya...
Dulu... pernah saya berharap bisa menjadi temanmu. Kapan lagi bisa punya teman yang super alim?? Alhamdulillah, kau sering menyapa dalam keheningan malam yang sepi itu. Kau selalu ada, menanyakan kegiatanku selarut itu.
Dulu... kukira kau superkuat. Pikirku, imanmu sangat kuat. Sayang, mentalmu kadang jatuh saat masa lalumu terbayang di depan matamu. Masa lalu yang hampir sama dengan masa laluku. Bedanya, saat hal itu kembali terjadi di hadapanku, pilihanku adalah menghindar. Sedang, kau memilih tetap disana meski jiwamu kesakitan. Bisa sakit juga kau rupanya. Saat itu, kau memucat... lalu harus ditopang tubuhmu agar tak jatuh. Kau benar-benar rapuh. Andai kutahu hal itu akan terjadi, akan kuminta kau meninggalkan tempat itu tanpa sempat membiarkanmu kembali mengenang masa lalu yang menyakitkanmu itu.
Lalu...
Kau pergi...
Hilang sudah harapanku berteman dengan orang superalim sepertimu. Banyak yang superalim, tapi tak pernah membiarkanku masuk ke dunianya. Beda dengan dirimu kan?
Kini...
Kau benar-benar meninggalkanku. Tak ada lagi sapaanmu di dini hari itu. Sekedar berbagi masalah, atau menyelesaikan masalah bersama. Yang ada hanya saya yang masih membiarkan diri ini mengamati pergerakanmu menuju insan-Nya yang lebih mulia. Semoga langkahmu tetap mantap ke depannya, kawan! Tetap ingat Dia. Dan semoga masih banyak orang superalim yang bisa memberiku pelajaran berarti sepertimu. Amin...
Dulu... pernah saya berharap bisa menjadi temanmu. Kapan lagi bisa punya teman yang super alim?? Alhamdulillah, kau sering menyapa dalam keheningan malam yang sepi itu. Kau selalu ada, menanyakan kegiatanku selarut itu.
Dulu... kukira kau superkuat. Pikirku, imanmu sangat kuat. Sayang, mentalmu kadang jatuh saat masa lalumu terbayang di depan matamu. Masa lalu yang hampir sama dengan masa laluku. Bedanya, saat hal itu kembali terjadi di hadapanku, pilihanku adalah menghindar. Sedang, kau memilih tetap disana meski jiwamu kesakitan. Bisa sakit juga kau rupanya. Saat itu, kau memucat... lalu harus ditopang tubuhmu agar tak jatuh. Kau benar-benar rapuh. Andai kutahu hal itu akan terjadi, akan kuminta kau meninggalkan tempat itu tanpa sempat membiarkanmu kembali mengenang masa lalu yang menyakitkanmu itu.
Lalu...
Kau pergi...
Hilang sudah harapanku berteman dengan orang superalim sepertimu. Banyak yang superalim, tapi tak pernah membiarkanku masuk ke dunianya. Beda dengan dirimu kan?
Kini...
Kau benar-benar meninggalkanku. Tak ada lagi sapaanmu di dini hari itu. Sekedar berbagi masalah, atau menyelesaikan masalah bersama. Yang ada hanya saya yang masih membiarkan diri ini mengamati pergerakanmu menuju insan-Nya yang lebih mulia. Semoga langkahmu tetap mantap ke depannya, kawan! Tetap ingat Dia. Dan semoga masih banyak orang superalim yang bisa memberiku pelajaran berarti sepertimu. Amin...
Komentar
Posting Komentar