Langsung ke konten utama

Masalahmu, Pilihan Hatimu

Masalah hati adalah hal yang harus diurusi diri sendiri. Maksudnya, saat dimana kita harus berjalan sendiri-sendiri. Seperti kata seorang teman pada seorang temannya yang lain. Meski katanya dia mengatakannya saat sedang berselimut amarah, "Itu masalahmu, pilihan hatimu!" *kira-kira seperti itu

Ya, itu masalah pribadi kita. Urusan hati kita. Lalu, kenapa di hari kemarin kau terlalu banyak ikut campur pada urusan orang lain? Tidak hanya sekali! Berkali-kali!!!

Satu...
Saat seorang teman berhubungan kembali dengan seorang mantan kekasih yang selalu mengingkari janjinya. Dua kali lelaki itu berjanji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Di kali ketiga, si teman masih saja nekad membiarkan hatinya memilih kembali ke lelaki itu. Dan... lelaki itu melakukan hal yang sama lagi. Mengingkari lagi. Tunggu... masih ada kali keempat. Yang berbeda, si teman tak hendak mendiskusikannya kepadamu sebab dia sudah sangat hafal perkataanmu nanti. Protes kerasmu terhadap kembalinya si teman dengan mantannya. Dan, akhirnya mereka putus lagi... entah masih lengkap dengan kali kelima dan seterusnya atau bagaimana. Apapun itu, sebenarnya itu bukan urusanmu!!!

Dua...
Saat seorang teman nekad menerima seorang lelaki yang pernah meminta beberapa teman lain untuk menjadi kekasihnya. Meski beberapa teman tadi meresponnya dengan penolakan, tapi tetap saja lelaki itu 'pernah' bersinggah ke banyak hati yang lain. Itu yang kau permasalahkan. Tapi, toh mereka langgeng saja melewati satu setengah tahun kebersamaan mereka. Entah berlanjut hingga kapan. Yang jelas, itu tak pernah menjadi urusanmu!!!

Tiga...
Sama seperti yang pertama tadi, seorang teman masih menaruh harap pada mantan kekasihnya. Atau, orang yang selalu menjadi kekasih hatinya. Kau selalu berusaha mengingatkan teman itu, dengan kalimatmu yang seolah-olah sangat membenci lelaki itu. Hingga akhirnya kau lalu sadar kalau kebencianmu melewati batas, saat si teman tadi membela lelaki itu. Harusnya kau tahu, kau tak mengenal lelaki itu sedikitpun, sedang si teman itu sudah sangat mengenal kepribadiannya. Bukankah itu sama sekali bukan urusanmu saat mereka memilih berpisah atau berbaikan lagi??

Empat...
Saat seorang teman sudah sangat menyukai seseorang. Dan, seseorang itupun menyukainya juga. Tapi, ada perbedaan yang jelas akan menjadi jurang pemisah mereka. Meski niatmu baik, mengingatkan si teman tentang konsekuensinya kelak... Tapi, bukankah kau tak seharusnya mengambil satu jeda untuk mempengaruhi pikiran si teman itu? Hingga akhirnya si teman berusaha keras melupakan lelaki itu. Dan tak lagi menaruh harap yang terlalu pada hubungannya dengan lelaki itu. Kau terlalu menuntut banyak hal pada si teman untuk sesuatu yang bukan urusanmu.

Mungkin masih banyak hal lagi yang belum kau sadari. Saat si teman sedang bergulat dengan masalah hatinya. Bukan membantunya, tapi ikut campur hingga membuat ia kesulitan.

Kau terlalu banyak mengurusi sesuatu yang bukan urusanmu. Berusaha memperngaruhi suasana hati teman lain. Sedang kau sendiri tak beres dengan hatimu yang harus kau jaga. Ada baiknya kau menjaga hatimu dulu. Untuk seseorang disana. Dan tak banyak ikut campur dengan masalah hati orang lain. Itu masalah mereka, urusan hati mereka!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan