Langsung ke konten utama

Tentang MenungguMU...

Saya tahu, saya orang yang cukup sabar kalau kau memintaku untuk menunggu sesuatu. Meski sangat mudah bosan, rasanya tidak cukup buruk untuk menunggu beberapa saat. Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu setengah jam, tiga jam... masih bisa saya atasi.

Saya bisa bertahan menunggu. Ini... jika saja ada buku yang menemani saya. Buku yang akan dibaca sampai yang saya tunggu datang. Kalau lupa membawa buku, maka handphone yang akan menjadi pembeku waktu saya. Mulai dari koneksi internet. Lalu, bermain game yang saya tahu sudah tak lagi menarik hati. Tapi tetap menjadi pembunuh bosan yang efektif. Atau... mencoba menulis di aplikasi notes.

Tanpa mereka... saya bisa jadi orang yang paling merasa terkutuk. Terkutuk karena terlalu sering membiarkan orang-orang menunggu saya untuk banyak hal. Paling seringnya, kalau ada file penting yang hanya dipegang oleh saya, ternyata sedang dibutuhkan oleh banyak orang. Dan saya seperti biasa bangun terlalu siang dan mengabaikan janji bertemu.

Sementara saya menyiapkan diri untuk memenuhi janji bertemu, saya bisa membuat orang menunggu lebih dari dua jam. -_- Maka, sepertinya pantas saja kalau saya diberi hati penyabar dalam menunggu. Sebab saya selalu berharap orang-orang yang saya buat menunggu terlalu sabar untuk sekedar marah dan memaki saya. :D

Saat sedang merasa terkutuk, saya akan mencari buku catatan. Sekedar menuliskan semua kegelisahan saya saat itu. Mengeluh sepuas mungkin. Meski jarang tuntas sebab saat menulis kadang yang saya tunggu bisa datang tiba-tiba. Kalau lupa membawa buku catatan, yang biasanya selalu ada di tas saya apapun keadaannya, saya akan mencari secarik kertas apapun itu. Saya hanya butuh menulis!

Dan...sekarang ini saya sedang menunggu sesuatu. Sesuatu yang saya tahu akan datang jika saja saya benar-benar menginginkannya. Setulus hati membiarkannya berjalan sesuka hatinya. Semacam keinginan kuat dalam hati untuk menuntaskan cerita yang belum terselesaikan. Studi yang belum selesai. -_- Yang entah mengapa terus saya tunggu tanpa ada pergerakan apapun. -_-

Sementara menunggunya, yang saya bisa hanya membaca buku yang sama sekali tak berhubungan dengannya. Tergoda menonton serial Korea yang sulit dihentikan sebelum ceritanya benar-benar selesai. Dan... terus-menerus menuliskan kegelisahan yang belum usai hanya karena saya memilih menulis hal lain dan bukannya menyelesaikannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...