Malam ini, dia menitikkan air mata lagi karenamu. Setelah membuka kembali semua lukisanmu yang masih disimpannya. Sebagian, ada dia disana.
Matanya sembab, itu masih karenamu. Sebagian besar merindukanmu. Sebagian memikirkan betapa hebatnya waktu merubah segala hal tentang kalian. Sebagian lagi, betapa harapan untuk kembali, seolah takkan terjamah oleh kenyataan yang terjadi.
Mungkin terlalu bodoh untuk memikirkan semua itu lagi. Apalagi, tentang adanya dirimu disana.
Tentangmu yang selalu menyiapkan tempat khusus untuknya, dimanapun pijakan kakimu berada. Tentangmu yang menyempatkan diri untuk menemaninya di 12 tempat berbeda, waktu berbeda, hanya agar dia tak bosan disana. Kau menyempatkan diri diantara tugasmu yang menggunung.
Lalu, tanpa menunggu setahun, waktu yang dikiranya akan merubah semuanya secara alami. Kau membiarkan semuanya berubah.
Kau berulah seolah kau tak membutuhkan dia lagi. Seolah dia tak penting lagi. Atau memang selama ini kau ada untuk mencuri semua kebutuhanmu dari dia?
Tak lama kemudian, kau bersikap bodoh agar dia meninggalkanmu. Katamu, kau tak sanggup melihat dia ditinggalkan. Maka, kau memberi dia hal untuk meninggalkan. Pun dengan bodohnya, dia mengabulkan permohonan itu. Merasa tak lagi dibutuhkan. Merasa tak lagi penting. Pergi menuju sepi meninggalkan dirimu yang juga merasakan kesunyian yang teramat sangat menyakiti. Lalu, untuk apa semua itu? Sekedar menguji dirikah?
Sekali lagi. Dia tak pernah meninggalkan. Dia hanya mengabulkan permohonan orang yang ingin ditinggalkan.
Matanya sembab, itu masih karenamu. Sebagian besar merindukanmu. Sebagian memikirkan betapa hebatnya waktu merubah segala hal tentang kalian. Sebagian lagi, betapa harapan untuk kembali, seolah takkan terjamah oleh kenyataan yang terjadi.
Mungkin terlalu bodoh untuk memikirkan semua itu lagi. Apalagi, tentang adanya dirimu disana.
Tentangmu yang selalu menyiapkan tempat khusus untuknya, dimanapun pijakan kakimu berada. Tentangmu yang menyempatkan diri untuk menemaninya di 12 tempat berbeda, waktu berbeda, hanya agar dia tak bosan disana. Kau menyempatkan diri diantara tugasmu yang menggunung.
Lalu, tanpa menunggu setahun, waktu yang dikiranya akan merubah semuanya secara alami. Kau membiarkan semuanya berubah.
Kau berulah seolah kau tak membutuhkan dia lagi. Seolah dia tak penting lagi. Atau memang selama ini kau ada untuk mencuri semua kebutuhanmu dari dia?
Tak lama kemudian, kau bersikap bodoh agar dia meninggalkanmu. Katamu, kau tak sanggup melihat dia ditinggalkan. Maka, kau memberi dia hal untuk meninggalkan. Pun dengan bodohnya, dia mengabulkan permohonan itu. Merasa tak lagi dibutuhkan. Merasa tak lagi penting. Pergi menuju sepi meninggalkan dirimu yang juga merasakan kesunyian yang teramat sangat menyakiti. Lalu, untuk apa semua itu? Sekedar menguji dirikah?
Sekali lagi. Dia tak pernah meninggalkan. Dia hanya mengabulkan permohonan orang yang ingin ditinggalkan.
Komentar
Posting Komentar