Langsung ke konten utama

Membiarkan Meninggalkan

Malam ini, dia menitikkan air mata lagi karenamu. Setelah membuka kembali semua lukisanmu yang masih disimpannya. Sebagian, ada dia disana.

Matanya sembab, itu masih karenamu. Sebagian besar merindukanmu. Sebagian memikirkan betapa hebatnya waktu merubah segala hal tentang kalian. Sebagian lagi, betapa harapan untuk kembali, seolah takkan terjamah oleh kenyataan yang terjadi.

Mungkin terlalu bodoh untuk memikirkan semua itu lagi. Apalagi, tentang adanya dirimu disana.

Tentangmu yang selalu menyiapkan tempat khusus untuknya, dimanapun pijakan kakimu berada. Tentangmu yang menyempatkan diri untuk menemaninya di 12 tempat berbeda, waktu berbeda, hanya agar dia tak bosan disana. Kau menyempatkan diri diantara tugasmu yang menggunung.

Lalu, tanpa menunggu setahun, waktu yang dikiranya akan merubah semuanya secara alami. Kau membiarkan semuanya berubah.

Kau berulah seolah kau tak membutuhkan dia lagi. Seolah dia tak penting lagi. Atau memang selama ini kau ada untuk mencuri semua kebutuhanmu dari dia?

Tak lama kemudian, kau bersikap bodoh agar dia meninggalkanmu. Katamu, kau tak sanggup melihat dia ditinggalkan. Maka, kau memberi dia hal untuk meninggalkan. Pun dengan bodohnya, dia mengabulkan permohonan itu. Merasa tak lagi dibutuhkan. Merasa tak lagi penting. Pergi menuju sepi meninggalkan dirimu yang juga merasakan kesunyian yang teramat sangat menyakiti. Lalu, untuk apa semua itu? Sekedar menguji dirikah?

Sekali lagi. Dia tak pernah meninggalkan. Dia hanya mengabulkan permohonan orang yang ingin ditinggalkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...