Eits...
Langkah yang dimaksud disini adalah pijakan kaki. Bukan tata cara atau proses terjadinya sesuatu.
Malam tadi, pukul 19.00...
Saya baru pulang dari Kampus plus Bloggers. Lalu, berjalan sekitar seratus meter dari tempat pemberhentian angkot saya, untuk menuju ke rumah. Tapi.... malangnya saya, saya lupa kalau malam ini ada acara di dekat rumah. Tepat di ujung lorong sebelah timur rumah saya.
Dan saya baru mengingat itu, saat melihat sebatang kayu dengan angkuhnya menghalangi jalan saya untuk masuk ke lorong itu. Sebenarnya, saya bisa saja melangkahi kayu itu. Tapi, dua meter dari letak kayu tersebut berdiri kokoh, ada kursi berderet-deret rapat, semuanya terisi penuh dan membuat jalan tersebut terlalu sesak untuk kulalui.
Hm...
Saya punya ide!! Ide bodoh.. :D
Saya berjalan memutar agar bisa masuk ke rumah saya tanpa melalui ujung lorong tadi. Jadinya? Saya harus lewat di ujung lorong sebelah Barat sana. Dan untuk itu, saya harus berjalan lagi, sejauh entah berapa langkah itu.
Saya mulai berjalan. Menghitung setiap langkah saya untuk menghilangkan rasa gugup karena merasa semua mata tertuju padaku. Pada gadis berkemeja (alhamdulillah masih rapih saat itu) dengan tas ransel di punggungnya, berjalan melalui arah yang tidak mungkin dilalui untuk pakaian serapih itu. Saya berjalan sambil menunduk memandangi setiap pijakan kakiku yang berusaha kumantapkan di setiap pijakannya.
Di pijakan 50-an..
"Perasaan saya belum melangkah jauh... Tapi, kenapa sudah ada di hitungan lima puluh?? Atau, langkah kakiku yang memang pendek-pendek??"
Pijakan 100-an..
-mulai curiga dengan kakiku yang terasa pendek langkahnya itu...
Pijakan 200-an..
Rumah masih agak jauh.. "Berapa langkah lagi?? Berapa pasang mata lagi yang akan memangangiku??"
Pijakan 270-an..
Mulai dekat dengan rumah, lalu saya melihat beberapa ibu-ibu yang nongkrong di warung di samping rumah, yang sedang memandangi orang-orang di hajatan itu. Lalu, ternyata saya menarik perhatian mereka!!!
Perwakilan Ibu-Ibu: "Eka, lewat mana??"
Saya: "Iye, lewat sanaka tadi. Tapi, mutarka. Banyak skali orang disana. Mariki'!"
Sayapun bergegas menuju rumah, dan para ibu-ibu masih saja cerita tentang saya. Katanya, "De'e... coba lewat situ mi saja! Tabe'-tabe'mi. Bisa ji itu!"
Saya dalam hati, "Maaf, saya pemalu!! dan tidak suka menarik perhatian orang!" :D
-220410-
Langkah yang dimaksud disini adalah pijakan kaki. Bukan tata cara atau proses terjadinya sesuatu.
Malam tadi, pukul 19.00...
Saya baru pulang dari Kampus plus Bloggers. Lalu, berjalan sekitar seratus meter dari tempat pemberhentian angkot saya, untuk menuju ke rumah. Tapi.... malangnya saya, saya lupa kalau malam ini ada acara di dekat rumah. Tepat di ujung lorong sebelah timur rumah saya.
Dan saya baru mengingat itu, saat melihat sebatang kayu dengan angkuhnya menghalangi jalan saya untuk masuk ke lorong itu. Sebenarnya, saya bisa saja melangkahi kayu itu. Tapi, dua meter dari letak kayu tersebut berdiri kokoh, ada kursi berderet-deret rapat, semuanya terisi penuh dan membuat jalan tersebut terlalu sesak untuk kulalui.
Hm...
Saya punya ide!! Ide bodoh.. :D
Saya berjalan memutar agar bisa masuk ke rumah saya tanpa melalui ujung lorong tadi. Jadinya? Saya harus lewat di ujung lorong sebelah Barat sana. Dan untuk itu, saya harus berjalan lagi, sejauh entah berapa langkah itu.
Saya mulai berjalan. Menghitung setiap langkah saya untuk menghilangkan rasa gugup karena merasa semua mata tertuju padaku. Pada gadis berkemeja (alhamdulillah masih rapih saat itu) dengan tas ransel di punggungnya, berjalan melalui arah yang tidak mungkin dilalui untuk pakaian serapih itu. Saya berjalan sambil menunduk memandangi setiap pijakan kakiku yang berusaha kumantapkan di setiap pijakannya.
Di pijakan 50-an..
"Perasaan saya belum melangkah jauh... Tapi, kenapa sudah ada di hitungan lima puluh?? Atau, langkah kakiku yang memang pendek-pendek??"
Pijakan 100-an..
-mulai curiga dengan kakiku yang terasa pendek langkahnya itu...
Pijakan 200-an..
Rumah masih agak jauh.. "Berapa langkah lagi?? Berapa pasang mata lagi yang akan memangangiku??"
Pijakan 270-an..
Mulai dekat dengan rumah, lalu saya melihat beberapa ibu-ibu yang nongkrong di warung di samping rumah, yang sedang memandangi orang-orang di hajatan itu. Lalu, ternyata saya menarik perhatian mereka!!!
Perwakilan Ibu-Ibu: "Eka, lewat mana??"
Saya: "Iye, lewat sanaka tadi. Tapi, mutarka. Banyak skali orang disana. Mariki'!"
Sayapun bergegas menuju rumah, dan para ibu-ibu masih saja cerita tentang saya. Katanya, "De'e... coba lewat situ mi saja! Tabe'-tabe'mi. Bisa ji itu!"
Saya dalam hati, "Maaf, saya pemalu!! dan tidak suka menarik perhatian orang!" :D
-220410-
Komentar
Posting Komentar