Langsung ke konten utama

Maaf...

"Plak!!"

Sebuah tamparan keras mendarat di pipimu. Sungguh, tak kusengaja itu. Itu hanya reaksi spontanku atas ucapanmu yang bukan-bukan tentang aku dan dya. Tak sengaja. Tak serius.

Tapi, kau langsung meninggalkanku setelah itu. Berusaha menghindariku. Dan malah mengalihkan perhatianmu dariku.

Aku mengejarmu, terus memohon maafmu. Kau bilang, sudah memaafkanku. Lalu, kau menasehatiku tentang tamparan itu. Katamu, selayaknya paku yang telah ditancapkan, seketika paku itu dicabut, tetap akan meninggalkan lubang pada akhirnya. Aku kaget, shock!! Sebegitu parahnyakah aku menyakiti hatimu, teman?

Maaf... Aku terlalu sibuk mengkritiki perilaku orang lain. Sedang perilakuku sendiri menuntut perhatian ekstraku. Perhatian agar tangan ini tak sembarangan lagi beraksi dan menyakiti orang lain.

Mungkin, sakit di pipimu telah hilang. Tapi, lubang di hatimu tidak. Maaf... Andai ada suatu cara untuk mengubah itu. Setidaknya, bisa menghilangkan rasa sakitmu. Meski mungkin menyakitiku.

Tapi, sepertinya kau memilih untuk melupakannya. Seakan-akan aku tak pernah bersalah. Tapi, matamu tak akan pernah berbohong. Ada ketakutan disana. Ketakutan untuk mendekatiku lagi. Maaf... Aku menyiksamu lagi dengan kekuatan itu. Maaf... Maaf, teman...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T