Langsung ke konten utama

Terlalu Baik untuk Menemaniku

Maaf untuk semua...
Tapi, saya benar-benar bukan teman yang baik untukmu...
Saya perusak!!!
Dibuktikan dengan rusaknya laptop-mu, benda yang dalam beberapa minggu ini akan jadi sangat penting untuk kita, untuk tugas-tugas kita. Lalu, kutawarkan untuk meminjamkanmu laptopku. Hitung-hitung sebagai sebuah pertanggungjawaban kecil.
Saya tak bisa dipercaya!!!
Dibuktikan dengan, saat kau ingin meminjam laptopku, saya tak bisa menyempatkan itu. Tak mengusahakan untuk itu.
Saya penghancur!!!
Selanjutnya, tugasmu yang kau simpan di fd-ku. Kembali, sebagai sebagian kecil dari usaha pertanggungjawabanku. Tapi, fd tersebut malah dibawa oleh teman kita yang lain. Tugasmu berantakan, kau pusing, dan... saya tidak bisa berbuat apa-apa.

Maka, saya meninggalkanmu malam itu. Kurasa, tak baik bagimu untuk berteman denganku. Sudah terlalu banyak yang kau korbankan untukku. Dan, sebaliknya saya sudah terlalu banyak mencelakai dirimu.
Maaf, meninggalkanmu. Padahal, kau mungkin menungguku untuk pulang bersama, sebagaimana yang telah kita lakukan selama satu setengah tahun ini. Maaf, saya tidak cukup bertanggungjawab dan malah menghindarimu.
Saya tak cukup baik untukmu. Setidaknya, kau sudah tahu itu sekarang. Itu lebih baik bagimu. Agar tak banyak hal lagi yang bisa kurusak dari dirimu.
Maaf...

Oia... Kau sudah punya teman baru kan sekarang?? Percayalah, dia baik, dan sayang padamu. Lebih baik bagimu untuk bersamanya, daripada bersamaku.
Maaf lagi kalau saya sok menilai apa yang terbaik untukmu. Tapi, saya benar-benar bukan teman yang baik...
Dan, kau terlalu baik untuk menemaniku.

Komentar

  1. (ninja)(ninja) matimija...ungkapan pribadi kayapnya ini...sayangnya ada beberapa kata ku *skip* baca demi menghindari hal-hal yang bisa mempengaruhi alam bawah sadarku (ninja)

    BalasHapus
    Balasan
    1. (haha) baca lalo sampai selesai, Ica!! dan kau akan terpengaruh.. jengjengjengjeng... :p

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...