Sepertinya hormatku sudah luntur padamu. Saya benar-benar membencimu sekarang. kalau bukan karena tanggung jawab yang mengharuskanku untuk selalu dekat denganmu, pasti sudah kutinggalkan kau sekarang. kembali seperti dulu, seakan kau tak penting lagi.
Aku membencimu...
Pertama...
Karena kau tertawa, saat saya menanyakan sesuatu yang kuanggap serius. Saya serius bertanya seperti itu karena memang itulah anggapanku. Bukan sesuatu yang dapat dijadikan bahan candaan. Kau menertawakanku. Menertawakan pendapatku. A.R.G.H!!!Kedua...
Karena kau baru menyuruhku untuk melakukan sesuatu, saat sesuatu itu sudah sangat genting. Tanpa berpikir bagaimana caranya saya melaksanakan perintahmu itu.
Itu yang dua puluh menit lalu kau lakukan padaku. Entahlah akan bagaimana kita beberapa waktu ke depan. Yang jelas, saya tidak sanggup diperlakukan seperti itu. Berdoa saja semoga saya tak meledak di depanmu lah. Seperti ledakan emosimu barusan.
Aku membencimu...
Pertama...
Karena kau tertawa, saat saya menanyakan sesuatu yang kuanggap serius. Saya serius bertanya seperti itu karena memang itulah anggapanku. Bukan sesuatu yang dapat dijadikan bahan candaan. Kau menertawakanku. Menertawakan pendapatku. A.R.G.H!!!Kedua...
Karena kau baru menyuruhku untuk melakukan sesuatu, saat sesuatu itu sudah sangat genting. Tanpa berpikir bagaimana caranya saya melaksanakan perintahmu itu.
Itu yang dua puluh menit lalu kau lakukan padaku. Entahlah akan bagaimana kita beberapa waktu ke depan. Yang jelas, saya tidak sanggup diperlakukan seperti itu. Berdoa saja semoga saya tak meledak di depanmu lah. Seperti ledakan emosimu barusan.
Komentar
Posting Komentar