"Pikirkan kami yang selalu menanyakan, Bagaimana kabarnya Rizka?"Saya tahu, kalian tidak ingin saya menanggapi pernyataan itu dengan begitu melankolisnya. Tapi, serius. Saya terharu dan masih juga merasakan kehangatan yang sama seperti kali pertama saya dan teman-teman disambut di tempat itu. Ruang kecil di Lantai 2 FIS IV yang kita sebut KOSMIK. Yang meski berpindah tempat yang lebih mini lagi, tetap kita sebut rumah kecil atau rumah kedua kita. Karena memang, tak butuh sekedar dinding, lantai, dan atap untuk kita sebut ruang berbagi kita.
Saya pernah merasa kehilangan akan kebersamaan itu. Sampai merasa terasing dan memilih menunduk setiap berjalan di koridor kampus, bertemu dengan wajah-wajah yang tak saya kenali. Tapi, tetap saya usahakan membalas sapa dan senyum. Karena adik-adik, yang saya yakin sebagian sama tak saling mengenali, juga tetap menyapa dan tersenyum hanya karena saya salah satu kakak di sana. Tanpa lupa, di saat yang sama saya juga adik dari kakak-kakak yang sangat istimewanya.
"Tidak mungkin, teman-temanmu, kakak-kakakmu, akan diam lihat kau begitu terus. Pasti mereka akan bantu kau."Pak Saleh, staf akademik di kampus pun bilang seperti itu. Ah, sampai-sampai saya harus merepotkan banyak orang untuk memperhatikan persoalan yang tak juga kelar ini.
Sekarang, sementara menyemangati diri sendiri, saya juga sedang berusaha menghubungi dan mengajak teman-teman yang lain untuk bersama menyelesaikan ini. Semoga kami berhasil. Dan, semoga keterlambatan ini tak sepenuhnya berarti kegagalan bagi prestasi akademik kami yang tersisa.
Terimakasih KOSMIK, beserta orang-orang sekitar yang masih setia bertanya, "Kapan sarjana?"
SEGERA! ~
Komentar
Posting Komentar