Langsung ke konten utama

Berbagi Berbagai Cerita

Saya suka mendengar orang bercerita. Sama sukanya dengan membaca cerita lewat tulisan. Saya hanya suka dengan cara orang-orang berbagi kisahnya masing-masing. Menurutku, ini seperti menularkan apa yang mereka rasa. Berbagi bahagia, haru, sedih, marah, dan kecewa. Apapun itu, bercerita membuat seseorang seperti punya arti.

Bercerita seperti membuktikan bahwa seseorang (siapapun itu) penting keberadaannya. Setiap orang membutuhkan pengakuan untuk dianggap penting. Dan, dengan mendengarkan atau membaca ceritanya, kebutuhan ini cukup terpenuhi. Cerita perlu dibagi, biar tidak menyimpan sesak sendiri. Biasanya, seseorang yang bercerita akan lebih bahagia atau lega setelah menyampaikan kisahnya. Saya juga jadinya tertular bahagia dan lega dengan kisah apapun itu. Sembari berharap, setiap orang cukup puas dengan kisahnya sendiri.

Seringnya, saya turut senang dengan kisah bahagia yang dipunya orang lain. Sangat bersyukur, di luar sana masih ada orang-orang yang berbahagia. Entah bagaimana, cerita bahagia selalu punya caranya sendiri untuk tak hanya membahagiakan satu-dua orang saja. Orang-orang di sekitarnya, dengan cepat bisa tertular bahagia. Mungkin, di sinilah kekuatan cinta sesama kita berperan. Kau tentu bahagia melihat orang lain berbahagia. Tak peduli kalau mungkin saja sebelumnya ada banyak hal yang mengecewakanmu. Berita bahagia pasti mampu membuat senyum menghapus sedikit muram di wajahmu.

Kisah menyesakkan juga punya ceritanya sendiri. Kisah ini membuat kita jadi banyak berharap. Percaya penuh pada kekuatan Tuhan untuk membuat hidup kita jadi lebih baik. Banyak bersedih, berarti banyak berharap lagi. Seperti ketika banyak bahagia, berarti harusnya banyak bersyukur lagi. Jadi, apa mereka berpasangan? Sedih membuatmu berharap. Bahagia harusnya membuatmu bersyukur.

Tulisan-tulisan di blog ini mungkin tidak banyak bermanfaat bagi pembacanya. Saya hanya mencoba berbagi bahagia dan kelegaan dengan mencoba bercerita lagi. Seperti saya yang jadi sangat suka dengan kisah yang diceritakan orang lain, semoga yang saya ceritakan juga disukai oleh kamu yang membacanya.

Saya tahu, beberapa hal mungkin tak penting untuk dibagi. Ini juga yang seringkali membatalkan niat saya untuk menulis dan berbagi cerita. Tapi, kalau bukan di sini, di mana lagi saya bisa berlatih menulis? :D Sampai saya benar-benar lega. Tak begitu penting, mungkin. Tapi, anggap saja ini salah satu cara untuk membuat saya jadi sedikit punya arti. Paling tidak untuk ingatan saya sendiri. Sama seperti cerita orang-orang lain yang jadi punya arti setelah didengar dan dibaca oleh orang lainnya. Salah satunya, mungkin adalah saya.

Akhir-akhir ini saya suka menonton program acara Bondi Vet (KompasTV). Di program acara ini, hewan pun jadi begitu penting. Bahkan bagi hewan peliharaan yang sering kali diabaikan banyak orang. Kalau hewan saja begitu berartinya, apalagi kita sesama manusia.

Bercerita dan diceritakan, seperti menjadi salah satu bentuk penghargaan atas keberadaan kita manusia. Semua orang sebenar-benarnya adalah penting. Pemeran utama dalam hidupnya masing-masing. Jadi, tak ada alasan bagi siapapun untuk merendahkan manusia lainnya. Kita tak pernah cukup baik untuk bisa menganggap orang lainnya tak lebih baik dari kita. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Apa Mimpimu?"

Banyak yang bertanya, "Apa masalahmu sampai lama begini kelar kuliahnya?" Yakin mau tahu? Karena jujur saja, saya sendiri tak banyak berpikir soal itu. Atau lebih tepatnya, saya tak banyak berpikir lagi selama tiga tahun belakangan. Kalau hidup ini bagaikan aliran sungai yang bermuara entah kemana, maka saya sudah hanyut di dalamnya. Tanpa sedikitpun usaha untuk memilih hendak bersinggah kemana. Saya punya seorang teman, yang sebenarnya bisa disebut motivator dan memahami psikologi seseorang. Satu waktu dia menanyakan satu hal yang kemudian menjerat kami dalam pembicaraan panjang dan dalam. Dari sini saya juga tersadar, kau tidak akan teringat kalau kau sudah melupakan sesuatu kalau tak ada yang menanyakannya. "Apa mimpimu?" Saya sendiri tak lagi mengandalkan mimpi untuk membuat hidupku bertahan. Sebut saja dia sudah hancur. Saya tak punya tujuan, dan ini serius. Saya pernah bermimpi menjadi seorang penulis. Lalu dia menghilang dengan sendirinya. Saya juga ta

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Bahagianya adalah Bahagiamu??

I would rather hurt myself than to ever make you cry... potongan lirik Air Supply (Good Bye) yang saya tampilkan di salah satu akun jejaring sosial saya, rupanya menarik perhatian seorang teman. Si teman ini adalah satu dari beberapa teman yang lumayan dekat dengan saya. Saya punya beberapa teman yang hubungan saya dengannya setingkat di atas teman biasa. Disebut sahabat, tidak juga... sebab tak semua masalah bisa saya bagi dengan mereka. Hanya sekedar menjelaskan bahwa kejiwaan saya sedang terusik oleh adanya sebuah masalah. Tidak pernah secara detail menjelaskan masalah pribadi, semisalnya dengan kalimat panjang lebar hingga mereka merasa seolah ikut merasakan apa yang saya alami. Hubungan pertemanan ini, selanjutnya disebut persaudaraan (saya menganggapnya seperti itu), dalam prosesnya terjadi dengan saling memperhatikan satu sama lain. Mulai dari masalah makan, kalau mereka tak melihatmu makan seharian. Atau, menuduhmu tidak tidur seharian hanya karena kau tak bersemangat menjalan