Langsung ke konten utama

Keluar!

Banyak hal yang mulai terlupakan. Sampai keteledoran di setahun kemarin seperti akan kembali terulang. Kebiasaan penundaan pekerjaan. Lalai tak ingat kewajiban. Ya, saya tahu akhirnya nanti akan seperti apa. Akan ada keadaan dimana semua dilakukan dengan terburu-buru. Hanya dilakukan apa adanya. Sebiasa mungkin. Tidak totalitas. Tidak maksimal. Apa ini yang saya harapkan sebagai seorang yang perfeksionis? Tentu tidak!

Baru saja saya sadari, banyak hal yang terbengkalai. Dan hanya dikerjakan dalam keadaan yang serba minim. Tak cukup waktu. Hingga usaha yang dilakukan pun tidak pada jatah yang seharusnya. Saya menganggap ini gagal. Saya gagal menggunakan ilmu dan kemampuan yang saya punya. Saya tak punya cukup bukti untuk menggambarkan ilmu dan kemampuan saya lagi. Semua serba apa adanya. Ilmu dan kemampuan saya tak punya ruang untuk memiliki pembuktiannya.

Bukan untuk dibuktikan kepada siapa. Hahahaha
Saya hanya sedang merasa perlu mengukur ilmu dan kemampuan saya. Sekedar tahu biar bisa menggali lagi ilmu yang tidak saya punya. Biar bisa tahu apa yang kurang dan perlu ditambahkan. Biar saya tidak hanya terkurung dengan keadaan diri yang begini-begini saja.

Argh! Saya sebenarnya muak dengan keadaan ini. Saya benar-benar butuh keluar dari zona nyaman ini! Saya curiga hanya akan mati disini sekalipun dalam waktu yang cukup lama (mungkin). Saya harus pergi! Sekedar melihat kehidupan lain yang bisa menguji apa yang saya miliki. Tapi, sebelum melangkah jauh dan mencari hidup yang lain ternyata saya masih harus menyiapkan diri.

Masih banyak hal yang harus diselesaikan. Baru bisa melirik hal lain yang mungkin lebih menarik. Hidup sepertinya sangat menarik di luar sana. Saya juga sudah sangat bosan dengan hidup yang begini saja. Hidup yang begitu nikmat dalam kemalasan. Tapi, harus saya selesaikan dulu yang sempat terbengkalai. Memperbaikinya, lau mencoba hal lain untuk menguji diri. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...