Langsung ke konten utama

Masih Berani Berharap??

Terimakasih untuk sapaan malam tadi. Untuk pertanyaan yang mungkin basa-basi, tapi terdengar sebagai bentuk perhatianmu untukku. (haha) mulai berharap lagi saya!! Hhe... Tidak akan lagi!! :D

Tapi, terimakasihlah!! Setidaknya, harapanku dua tahun lalu, mulai membuahkan hasil enam bulan ini. Meski, sudah terlambat. Ya, sudah terlambat, sayang!! :)

Oh, iya... Tentang sapaanmu padaku tadi. Kau menyapaku, bukan di saat kita tepat berpapasan. Apalagi, di saat kita masih bertatap muka. Kau menyapaku, saat aku sudah berjalan dua meter dari tempatmu berdiri. Maaf, bukannya aku tak ingin menyapa duluan. Tapi, wajahmu tadi tak berarah padaku. Jadi, kuputuskan untuk tidak menyapamu saja. Daripada sakit hati karena menyapamu, lalu sapaanku tidak dibalas olehmu?! :D

Kau menyapaku, saat aku berjalan menjauh darimu. Itupun karena indera pendengarku cukup peka mendengarmu memanggilku. Andai aku tak menoleh?? Kira-kira seperti apa jadinya?? Akankah kau mengejarku?? Membiarkanku berlalu?? Atau, terus memanggilku dengan menambah volume suaramu, hingga orang-orang berbalik menoleh pada kita?? (haha) mimpi lagi saya!! Maaf... Maaf...

"Will I ever see, you smiling back at me. How will I know, if I let you go..."

Apapun itu. Itu bukan apa-apa. Bukan sesuatu kejadian istimewa. Kutulispun, bukan karena ceritanya istimewa. Tapi, karena tokohnya yang istimewa. (doh) menulis bodoh lagi saya!! Ah, tidaklah. Kau tak lagi istimewa. Tak lagi istimewa karena kini aku tak berharap lagi. Tak berani berharap. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T