Saya hanya merindukan, saat seseorang menagih agar tulisan-tulisan itu bisa tercipta lagi. Juga merindukan saat seseorang lainnya menyatakan menyukai tulisanku. Dan meski dia gemar memuji dengan maksud tertentu, saya tahu pujian itu tulus. Sebab bukan saya yang diincarnya saat dia sedang memuji itu. Selain itu, saat seseorang meminta saya menulis. Itu adalah saat dimana saya merasa penting untuk menulis. Meskipun hingga hari ini, tak satupun kata yang terangkai untuk memenuhi pinta itu. Maaf...
Masih ada lagi. Saat beberapa teman datang bersamaan. Dengan pujian yang berlebihan sebab terkejut melihat tulisan-tulisan saya. Bahkan, katanya seorang dari mereka meneteskan air mata saat membacanya. Mereka yang mengumumkan kegemaran menulis saya kepada teman-teman lainnya.
Dan, dulu... waktu SMA, dua orang teman rela menyediakan waktu khususnya untuk membaca tulisan-tulisan saya. Mereka akan membacanya dengan serius, seolah yang dibacanya itu buku cetakan, bukan kertas berisi tulisan tangan dengan tinta hijau.
Waktu SMP, saat tulisan-tulisan masih terkunci rapat di buku saya, teman-teman akan berebut membacanya. Meski sadar tak akan pernah mendapatkan kesempatan itu. Sebab mereka tahu saya lebih percaya pada buku itu daripada mereka.
Satu lagi...
Saat pelatihan BARUGA KOSMIK, TIMELINESS, seorang dosen memuji tulisan saya. Tulisan singkat saat itu membuat beliau mengatakan saya berbakat. Beliau menyatakan itu di depan teman dan senior yang sempat hadir saat itu. Yang mengharukan, beberapa senior masih saja ingat saat-saat itu. Mengingatnya dengan jelas sejelas saya mengingatnya. Tapi, saya rasa wajar saja saya mengingatnya. Toh saya yang dipuji. Tapi, mereka tetap ingat meski hanya menjadi pendengar pujian itu. Mereka ingat kalau saya pintar menulis, yang bahkan dipuji oleh dosen itu.
Terimakasih...
Dan... saya merindukan saat dimana tulisan itu seolah menjadi salah satu hal yang bisa melegakan jiwa.
Masih ada lagi. Saat beberapa teman datang bersamaan. Dengan pujian yang berlebihan sebab terkejut melihat tulisan-tulisan saya. Bahkan, katanya seorang dari mereka meneteskan air mata saat membacanya. Mereka yang mengumumkan kegemaran menulis saya kepada teman-teman lainnya.
Dan, dulu... waktu SMA, dua orang teman rela menyediakan waktu khususnya untuk membaca tulisan-tulisan saya. Mereka akan membacanya dengan serius, seolah yang dibacanya itu buku cetakan, bukan kertas berisi tulisan tangan dengan tinta hijau.
Waktu SMP, saat tulisan-tulisan masih terkunci rapat di buku saya, teman-teman akan berebut membacanya. Meski sadar tak akan pernah mendapatkan kesempatan itu. Sebab mereka tahu saya lebih percaya pada buku itu daripada mereka.
Satu lagi...
Saat pelatihan BARUGA KOSMIK, TIMELINESS, seorang dosen memuji tulisan saya. Tulisan singkat saat itu membuat beliau mengatakan saya berbakat. Beliau menyatakan itu di depan teman dan senior yang sempat hadir saat itu. Yang mengharukan, beberapa senior masih saja ingat saat-saat itu. Mengingatnya dengan jelas sejelas saya mengingatnya. Tapi, saya rasa wajar saja saya mengingatnya. Toh saya yang dipuji. Tapi, mereka tetap ingat meski hanya menjadi pendengar pujian itu. Mereka ingat kalau saya pintar menulis, yang bahkan dipuji oleh dosen itu.
Terimakasih...
Dan... saya merindukan saat dimana tulisan itu seolah menjadi salah satu hal yang bisa melegakan jiwa.
Komentar
Posting Komentar