Langsung ke konten utama

-------------------------

Yang ditangisi, bukan tentang penyesalan akan adanya hari ini
Hari dimana kesadaran itu ternyata malah melukainya
Ada alasan lagi untuk tak membuatnya menangis?

Katamu, kau tak akan berulang melukainya lagi
Akan tetap menemaninya dan kembali bersama lagi
Sedang, kehadirannya kini sudah tak penting lagi
Bahkan cenderung diabaikan olehmu
Apa itu belum cukup untuk membuatnya terlukai?

Yang ditangisinya,
mengapa sampai hari ini dia masih saja terluka
Sedang kau sudah menyebutkan nama lain disana
Bahkan sampai terdengar lantang tepat di telinganya
Ada alasan lagi untuk tak membiarkannya terlukai?

Tolong...
Jangan pernah berjanji
untuk sesuatu yang tak kau yakini saat kau mengucapnya
Jangan pernah memberi harapan
Padanya yang kau sendiri sudah tak ingat lagi apapun tentangnya
Jangan pernah merasa sangat mengerti seseorang,
sedang kau sendiri yang paling membuat dia tersakiti
Lalu, mana kemengertianmu selama ini?
Atau... oleh karena kau mengerti bagaimana membuat dia terluka,
lalu dengan sengaja menikamnya lagi?

Yang dia tangisi...
Belum ada seorangpun dimana dia bisa bercerita tentangmu sepuasnya
Setidaknya, menyebut namamu dengan jujur
Semoga bisa menemukan orang itu secepatnya, amin...

*Untukmu, yang berjanji untuk tetap ada bersamanya
Sekali lagi, kau meruntuhkan kata setia itu, sungguh!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T