Langsung ke konten utama

17 Oktober 2010 - 9 Dh-Qaida 1431

Alhamdulillah, insya Allah ibu akan naik haji tahun ini. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). Untuk menjadi tim medis haji sendiri, prosesnya tidak mudah terjadi begitu saja. Ada seleksi dari departemen kesehatan.

Nah, disini saya sedikit ambil bagian. Mengurusi segala urusan yang berhubungan dengan pendaftaran TKHI di situs departemen itu. Mulai dari pendaftaran via online, pengisian data lanjutan, mengikuti updating pengumuman disana, intinya semua yang berhubungan dengan itu. Semuanya ibu percayakan pada saya. Entah kenapa, untuk hal yang satu itu, saya selalu saja lebih unggul dari kakak saya. hhe

Sebenarnya, agak ogah-ogahan juga saat mengurusi urusan di situs itu. Yang saya pikirkan adalah, betapa saya telah membantu ibu saya untuk menjauhkanku darinya selama empat puluh hari. Masih berhubungan dengan postingan sebelumnya, IKLHAS menjadi kunci utama semuanya. Saya harus ikhlas! IKHLAS!!!

Ibu lalu mengikuti serangkaian pelatihan, karantina beberapa kali, juga beberapa test. Pernah karantina ibu bersamaan dengan berangkatnya saya ke Jakarta waktu Study Tour kemarin. Saya pergi lebih dulu, lalu ibu dikarantina beberapa hari berikutnya. Saya selesai lebih dulu, dan ibu baru pulang beberapa hari berikutnya. Bayangkan, berapa hari saya tidak bertemu beliau... -_- kangen sangat!! :(

Pagi tadi, saya dan beberapa anggota keluarga mengantar ibu ke pondokan tempat tim medis, jema'ah haji, dan beberapa tim lainnya berkumpul. Sedih skali rasanya. Belum lagi, dalam suasana itu, semua orang bersalaman dengan ibu, mendo'akan keselamatannya. Semoga terus dalam lindungan-Mu, amin... :)

Kakak, nenek, tante, semuanya menangis. Saya... bagaimana bagus?? hhe
Sebenarnya, meski tergolong orang yang sangat mudah nangis, di lingkungan keluarga saya sangat jarang nangis. Sangat susah menangis. TOPENG!! hha... Saya memang sering menyembunyikan perasaan saya pada keluarga. Entah kenapa, saya seolah tak ingin melibatkan mereka dalam setiap masalah yang merangkul saya. Paling buruknya, terlihat lesu dan kelelahan. Padahal, biasanya itu terjadi setelah saya menguras air mata semalaman. hhehehe

Ok... kembali ke haji tadi...
Kami mengantar ibuku ke pondokan itu. Selanjutnya rombongan beliau menuju asrama haji Sudiang. Asrama, tempat karantina dimana keluarga tak boleh lagi berkunjung. Siang nanti, insya Allah pukul 12.00 WITA, pesawat beliau berangkat ke Arab sana. Ke kota Madinah.

Selamat jalan, ibuku. Semoga engkau tetap selamat. Semoga tetap dalam lindungan-Nya. Semoga sehat selalu. Selalu mencintai-mu, Bun!! Dan semoga engkau maklum, mengapa lebih sulit bagiku menitikkan air mata di hadapanmu. Bukan karena saya tak sayang, bukan karena saya tak sedih. Hanya saja, saya tak ingin tetesan air mata itu mengurangi kesempatanku melihatmu tadi. Juga tak ingin membuatmu terlalu berat meninggalkan kami selama empat puluh hari.

Ingat... harus IKHLAS... Ibu meninggalkan keluarga sejenak untuk bertamu di rumah Allah. Harus tetap semangat. Saya tak bisa terus larut dalam kerinduan itu. Saya saja rindu. Bagaimana dengan dirimu?? Pasti sangat-sangat rindu.

Semangat!! ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T