Maret setahun kemarin... Saat kita itu, kita masih sahabat. Bisa dibilang seperti itu. Masih ada kau untuk menjadi temanku berbagi cerita. Masih ada kau, yang mengingatkanku untuk bersikap dewasa tanpa melukai perasaanku sedikitpun. Lalu, seseorang memilihmu untuk menjadi seseorang yang istimewa baginya. Saya dengan egoisnya menyarankanmu untuk tidak menerimanya. Ya, waktu itu saya belum mengenal dia dengan baik, dan melarangmu untuk berhubungan dengannya. Tapi, mau apalagi. Pada kenyataannya, kau memilih untuk bersamanya. Lalu, saya menjauhimu. Sebagai aksi penolakanku atas keputusanmu. Teleponmu tak kuangkat, SMSmu tak kubalas, dan di tempat kita tiap hari bertemu pun saya menghindarimu dan lebih memilih berjalan dengan teman yang lain. Satu hari, saya menyadari itu salah. Lalu, meminta maaf padamu. Dan, saya kembali menemanimu. Kau pun begitu. Tapi, makin lama, saya makin muak dengan sikapmu. Kau seringkali meninggalkanku untuk pergi bersamanya. Satu waktu, muak itu memunc
Belajar kembali menjadi diri sendiri. Belajar tak banyak terpengaruh tentang keberadaan yang lain.