Langsung ke konten utama

Untukmu, Hati

Katanya, kita bisa berdosa kalau dengan sengaja sudah menyakiti diri sendiri. Kalau menyakiti hati termasuk diantaranya, itu artinya saya menanggung dosa yang sama besarnya. Ya, sepertinya saya sudah dengan sengaja terus mencicipi sakit hati. Tahu sesuatu itu hanya akan memperburuk keadaan hati, tapi tetap juga saya teruskan.

Saya hanya mencoba memberi kesempatan. Kepada sang harapan untuk tetap hidup. Padahal, saya sendiri sudah seperti berdiri di tepi jurang yang bebatuannya rapuh. Kemungkinan besar saya hancur ketika terjatuh. Tapi, tetap saya memilih bertahan. Mengandalkan keajaiban untuk datang menyelamatkan, meski dengan kemungkinan yang nyaris tak terlihat.

Salahkah untuk berharap banyak? Ada pepatah,
"Sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga."
Maka, entah sekeras apa hal yang kita punya untuk ditaklukkan. Kita selalu punya harapan untuk menghancurkannya. Setidaknya, membuatnya sedikit retak. Apalagi kalau kita punya hati yang tulus untuk meluluhkan kerasnya hal tersebut. Karenanya, saya memilih bertahan. Meski sesekali meragu saat merasa hati tak cukup kuat untuk terus disakiti.

Maaf padamu, hati. Semoga tak butuh waktu lama untuk membuatmu terus merasakan sakit. Selalu ada harap, semoga usaha ini tak sia-sia sampai saatnya kita menyerah nanti. Saat sudah tak ada lagi kesempatan untuk melunakkan dia yang sepertinya tak berhati.

Komentar

  1. Balasan
    1. Iya, adek Rahmaaaaaaaaaa :")
      (Baru kemarin sy mau komen di postingan terakhir-mu juga padahal. Tapi, batal takut kamu tak melihat. Hihi)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T