Langsung ke konten utama

Rasa yang Tak Pernah Sama


Berjalan denganmu, rasa yang tak pernah sama setiap harinya...

Kala pertama, yang ada hanya ketakutan. Rasa yang entah kenapa membuatku bergetar, sulit menerima kehadiranmu. Seolah kau akan merenggut semua hidupku dan tak akan mengembalikannya lagi seperti semula. Tapi, bukankah memang harus seperti itu? Semuanya tak akan sama lagi sejak kali pertama mengenalmu.

Setelahnya, aku lalu mengagumi hadirmu. Sikapmu yang begitu tegas dan membuatku tak bisa berkutik menentang apapun katamu. Apa lagi yang bisa kupersalahkan ketika semua yang kau katakan memiliki pembenarannya sendiri? Yang lain mungkin tak bisa melihat hal itu dan terus mempersalahkanmu. Tapi, tidak denganku yang entah mengapa selalu saja melihat hal baik di setiap tingkahmu. Tapi, bukankah semua hal akan memiliki sisi baiknya sendiri? Begitu juga dengan sisi buruknya, yang entah kenapa kabur begitu saja di mataku.

Sekarang, hadirmu selalu mengejutkanku. Tak pernah sama persis setiap waktunya. Kadang kau begitu menyenangkan saat terlalu memperhatikanku. Seolah kau ada menemani di setiap langkahku. Lalu, menjadi begitu mengharukan saat kau menyambutku penuh bahagia. Wajah ceria dan senyum manis tak biasa selalu bisa membuatku senang apapun itu. Dan, tatapan matamu yang seolah ingin mengungkap semua rasa yang ada di hatiku. Kau mungkin senang bisa membuatku langsung terdiam saat itu. Tapi, tidak denganku. Seperti terkunci di diriku sendiri. Tak tahu harus berbuat apa. Menikmatinya sekaligus sadar seharusnya kau tak melakukan itu padaku. Tapi, aku sungguh menikmatinya. Hanya saja kebingungan ketika logika yang kujaga lalu hilang sepenuhnya saat bersamamu. Esok? Entah apa lagi. Entah rasa apa lagi yang akan kau perkenalkan padaku. Mungkin, aku memang tak pernah bisa mengerti dirimu yang begitu mengejutkan ini.

Belajar menuliskan cerita berdasarkan kisah di mimpi semalam :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...