Langsung ke konten utama

Titik Cerah diantara Semangat yang Kelam

Saya dan Mini akhirnya berada di tangan dosen yang sama untuk hal Penasehat Akademik (PA) kami. Mini sendiri berencana menyelesaikan studi akhir tahun ini. Sementara saya masih ragu dengan alasan satu mata kuliah yang tersisa di semester depan. Entahlah bisa diurus tutup strata atau tidak nanti. Saya belum memikirkan itu.

Dengan alasan mau mengurus bersama, Mini menyarankan saya untuk menyiapkan judul saya juga. *doh! Sudah dari sebulan lalu saya mencari judul. Tapi, masih malas menyentuh dan memikirkan kelanjutannya. Jadilah setiba di rumah saya lalu membereskan masalah judul yang akan dikonsultasikan. Saya begadang demi menyiapkan tiga judul (sesuai di blangko judul). Baru kali itu begadang saya ada manfaatnya. :p

Keesokan harinya...
Saya dan ibu PA janji bertemu jam 10 pagi di jurusan. Tapi, seperti biasa (yang belum bisa berubah) saya terlambat bangun! -_- Saat memeriksa HP beberapa lama setelah bangun, ternyata ada SMS dari ibu PA yang memajukan waktunya jadi setengah jam lebih awal. -_- Bergegaslah saya dan baru tiba di kampus lewat dari jam 12 siang. Sebelumnya ada sms lagi dari ibu PA bahwa beliau berpindah ke perpustakaan pusat Lt.3. Jadilah saya menuju kesana setibanya di kampus. Tanpa menghubungi beliau sebelumnya. Takut bikin janji palsu lagi. Dan baru menghubungi beliau setiba saya di tempat itu.

Perpustakaan Pusat Lt.3...
Saya tak menemukan beliau disana. Beliau sudah berpindah lagi ke rektorat Lt.5. Ini jadi semacam kejar-kejaran di reality show. Ketika tiba di satu tempat. Diminta ke tempat lain lagi dengan beberapa petunjuk berkelanjutan. -_- Tapi, tak apa...salah saya yang membuat beliau menunggu berjam-jam.

Setiba di Rektorat Lt.5...
Sinyal im3 saya hilang lagi!! Saya panik karena tak bisa menghubungi ibu PA dan bingung dengan ruangan rektorat yang terlihat mirip semua. Juga saya tak tahu di ruangan mana beliau berada. Setelah menunggu beberapa saat sambil menenangkan diri, sinyal im3 mulai muncul. Saya langsung menghubungi beliau. Beliaupun keluar dari ruangan tempatnya berada tadi, menjemput saya yang kebingungan. Alhamdulillah. :)

Rektorat Lt.5 (entah ruangan mana)...
Konsultasi KRS selesai!!! Lanjut konsultasi judul skripsi yang lalu disambut ibu PA dengan kalimat, "Ini judul kamu terlalu panjang dan ribet. Bisa saya kasih saran?" Otomatis saya mengangguk. Mana bisa saya menolak saran seorang dosen PA saya? Saya belum sepintar itu untuk berjalan sendiri. -_- Blangko judul dibawa pulang beliau. Dengan janji (lagi) bertemu keesokan harinya. Selesai (sementara) urusan konsultasi KRS. Selanjutnya berurusan dengan foto copy KRS dan lain-lain sementara menunggu Mini yang belum datang konsultasi.

Ruang B1...
Keesokan harinya, janji bertemu PA rencananya dilakukan jam 1 siang, di ruang B1. Saya terlambat lagi!!! Terlambat 20 menit sambil berharap beliau belum meninggalkan area kampus. Mini? Masih di jalan dan baru tiba puluhan menit setelahnya. Alhamdulillah, beliau masih ada di depan ruangan tempat janjian kami saat itu. Lanjut konsultasi judul. Beliau merapikan judul saya sebelumnya. Dimana di antara tiga judul, saya sudah memberitahukan judul mana yang paling saya minati. Konsultasi selesai! Menunggu Mini datang dan melanjutkan konsultasinya.

Jurusan (FIS IV Lt.2)...
Bersama Mini, menghadap ke sekretaris jurusan. Sebelumnya, saya bertemu seorang dosen lain. Beliau setahu saya sangat mengerti tentang judul skripsi saya itu. Konsultasi sedikitlah. Sambil menanyakan kemungkinan beliau menjadi pembimbing skripsi saya. "Bisa saja. Kalaupun tidak, pastikan saya ada di seminarmu nanti." Ummm... senang tapi tegang dengan pernyataan beliau. *Hhihihi. Lanjut menghadap sekretaris jurusan. Mendaftarkan judul dan diberi dua pembimbing, yang pertama PA saya. Yang kedua, bapak dosen yang bertemu di depan jurusan tadi. *Yippie!! ;)

Selanjutnya... menyetor surat permohonan judul ke staf jurusan. Menunggu SK Pembimbing skripsi keluar. Sebenarnya, SK-nya bisa keluar sejak hari Senin kemarin. Tapi, berhubung terserang sakit dua hari ini, niat ke kampus pun terhalang. Tapi, tak apa. Masih ada esok dan selanjutnya untuk melanjutkan perjalanan. Sudah kubilang, penggantian PA ini seperti titik cerah di antara jalan yang sebelumnya sangat gelap tak bersemangat di mata saya. *Hehehe. Saya yang sebelumnya sama sekali belum berpikir untuk menyelesaikan studi, terpacu melanjutkan perjalanan sebisa mungkin. Alhamdulillah... Dan, Bismillahirrahmanirrahim... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...