Langsung ke konten utama

5 Januari (1991-2012-....)

5 Januari 2012...

Dua puluh satu tahun sudah Dia membiarkanku tertarik gravitasi bumi ini. Menghirup udaranya yang entah kenapa hembusan anginnya menyerupai sesuatu yang bernafas. Merasakan keadaan di sekitar yang ternyata masih sangat terabaikan olehku.

Saya belum menjadi makhluk yang berguna. Dan masih mencari tahu alasanku dibiarkan hidup. Dia pasti hendak menjadikanku sesuatu. Tapi, apa? Sementara ini masih saja kucari hendak menjadi apa aku nantinya. Setelah tahu, mungkin akan kucari cara untuk menjadi sesuatu itu. Lalu, berusaha menggapainya. Kemudian, meraihnya. Mengerjakan tugasku sebaik mungkin. Menyelesaikannya. Dan, bersiap pergi.

Pergi... atau malah kembali?
Pergi dari kefanaan dan kembali menuju tempat-Nya yang abadi dengan sebaik mungkin? Amin...

Bagi yang membaca tulisan ini... tenang!! Saya tidak sedang dalam firasat ingin pergi atau bagaimana. :) Saya hanya sedang kebingungan mencari tahu tujuan hidup. Sembari mempersiapkan diri menuju tempat-Nya yang terbaik. Semoga masih sempat berbuat yang terbaik di sisa hidup. Amin...

Ya, entah berapapun waktu yang masih tersisa. Semoga tidak ada penyesalan di hari akhir. Terimakasih hidup. Terimakasih pada Penguasa Seluruh Alam yang masih mengizinkanku menikmati hidup. Terimakasih masih membiarkanku diucapkan Selamat Ulang Tahun oleh banyak orang. Masih mengizinkanku menyayangi dan lebih disayangi oleh para keluarga, sahabat, kerabat, dan kenalan. Mereka yang masih menyempatkan waktunya membiarkanku bahagia dengan berbagai ucapan, do'a, dan harapan itu. Semoga tetap dalam lindungan dan mendapat segala keberkahan dari-Nya. Amin...

Segala harapan kembali menjadi baru. Setidaknya kembali sadar, masih banyak yang memperhatikan. :)

Sayangki' semua.
Rizka, 21 Tahun.
Mahasiswi. Masih pemalas. Masih belajar hidup lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...