Langsung ke konten utama

Mengenang, bukan Berharap

Aku mengingatmu lagi. 
Salah. Pada dasarnya, aku tak pernah benar-benar melupakanmu. 
Aku hanya tidak menghiraukan rasa rindu padamu. 
Dan hanya butuh sedikit pemantik agar rindu itu menghangat kembali.

Bagi kita, tak ada lagi kesempatan untuk bersama. 

Jadi, untuk apa lagi harap itu ada? 
Rasaku mungkin tulus. 
Tapi, tetap membutuhkan keberadaanmu untuk melengkapinya. 
Dan, rasanya itu yang tak mungkin.

Yang kubutuhkan sekarang,

hanya kerelaan untuk melepasmu.
Rasa yang tak akan ada tanpa usahaku mendapatkannya.

Segala kesibukan tak mampu menghilangkan rasaku untukmu. 

Segala pengalih perhatian belum cukup membuatku tak mengingatmu. 
Pun ketika kucoba menaruh hati pada yang lain, 
tanpa sadar selalu kubandingkan ia denganmu. 
Sepertinya, segala usahaku takkan cukup jika hanya berkisar pada usaha melupakanmu.

Yang kubutuhkan hanya kerelaan. 

Ya, rela sebisa mungkin untuk tak menaruh harap bersamamu. 
Karena mimpi dan harapan hanya untuk hal yang kita inginkan di masa datang. 
Dan yang kuharapkan adalah mengulang kebersamaan kita dulu. 
Itu tak mungkin. 
Sebab selain aku, kau juga banyak mengalami perubahan dalam hidupmu. 
Dan tak pernah kuharapkan untuk bisa bersama dirimu yang sekarang. 
Jadi, untuk apa lagi berharap?
 

Mungkin, 
aku hanya akan berhenti pada tahap mengenang. 
Bukan lagi berharap.

01:39am, Thu 28-04-2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Paris dan Jo

Singkat saja kali ini. Aku akan menyusul kalian. Seminar proposal. Segera. Segera, setelah bulat tekadku menghadap ibu PA cantik dan baik hatinya. Serta bapak Ketua Jurusan yang tak kalah baiknya. Ttd., Rizka dan sisa-sisa semangat demi menghabiskan 08 yang tersisa di sisa-sisa akhir kesempatan bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, eh, Sarjana Sosial dari kampus merah.

Rumahku Indonesia VS Darurat Covid-19

Ada yang tak biasa tentang keadaan sekarang ini. Negeriku Indonesia bersama dunia sedang berjuang melawan virus corona atau Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Indonesia sendiri baru diliputi kepanikan tentangnya di awal Maret 2020. Ketika bapak Jokowi, presiden kita, mengumumkan dua orang di antara kita sudah terdampak virus ini.  Hari ini, menjelang akhir Maret 2020. Saya pribadi mendadak diserang sakit kepala teramat sangat. Setelah sore harinya  WA pribadi dan grup saya geger dikarenakan Prof. Idrus Paturusi, Rektor Kampus UNHAS pada masanya, termasuk dalam 13 orang positif Covid-19 di SulSel per 25 Maret 2020 ini. Seseorang seperti beliau pun sudah terdampak. Bersama 12 orang lainnya, yang bisa saja adalah mereka yang ditemui di keseharian kita. Semoga mereka lekas pulih, dan badai virus ini segera berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal. Terutama, keluarga dan kerabat, pastinya. Yang mana, setelah menikah dan hidup dengan keluarga kecilku sendiri, saya tak lagi serumah

Kamu, Do'a Diam-Diamku

Aku akan mendo'akanmu diam-diam Aku masih mendo'akanmu, seperti yang sudah-sudah Tapi, tak selalu... tentu saja banyak hal lain yang ikut kudo'akan Tapi, juga ada kamu di sana Mungkin, tak seperti yang seharusnya Ketika takdir diputuskan dan itu bukanlah kamu Kamu satu-satunya orang, yang entah kenapa membuatku khawatir ketika harus kukabarkan kabar bahagiaku sudah datang Yang hanya kamu jawab, "Benar yang kubilang, kamu akan menikah." Kuminta kehadiranmu, kamu pun menyanggupinya, hadir mengisi bahagiaku seperti yang sudah-sudah Lega rasanya, juga senang tak terkira Seperti gadis kecil yang merajuk, dan dibujuk dengan es krim di tanganmu Atau, seperti ketika Hadirmu dengan segelas air di tangan Saat kuterbaring sakit Dan lagu itu akan selalu mengingatkanku tentangmu Dengan akhir yang sama Dengan do'a yang sama untukmu... Sahabatku, usai tawa ini.  Izinkan aku bercerita:  Telah jauh, ku mendaki.  Sesak udara di atas puncak khayalan.  Jangan sampai kau di sana T