Langsung ke konten utama

(Muak dengan) Rindu (Jangan Baca Ini)

Hari ini, 22 Oktober 2015. Jam 3 lewat 11 menit ketika saya mulai menuliskan ini. Tidak ada yang spesial sebenarnya. Hanya ingin menandai, hari ini, beberapa hari sebelumnya, bukan... dalam waktu yang sudah sangat lama. Saya seperti kehilangan satu dan lain hal. Entah apa. Seringkali, kehilangan itu juga kita sebut rindu. Entah lebih pantas yang mana kali ini. Bisa rindu atau juga kehilangan. Intinya, ada saja yang tak lengkap rasanya.

Pada satu fase hidup yang sedang berjalan saat ini, masih saja ada yang kurang, tak lengkap. Padahal, sehari-harinya saya dekat dengan keluarga. Ibu yang tak lagi bertugas jauh di pulau kecil sana. Komunikasi dengan bapak, mulai berangsur membaik. Ponakan lelaki mungil yang sehari-harinya banyak menyita perhatianku, dari satu-satunya kakak kandung perempuan kesayangan yang sekarang tinggal serumah lagi dengan saya. Juga seorang lelaki kesayangan yang selalunya bikin perasaan terjun bebas dan melayang. Tapi, masih juga kurang.

Saya rindu menulis. Rindu menulis dengan laptop yang karakternya lengkap berfungsi. Sampai saya harus menuliskan ini lewat aplikasi blogger di smartphone yang memang tak senyaman di laptop mini. Laptop yang tersisa setelah yang lebih besar satunya lagi, menyerah pada kinerja motherboard-nya. Tapi, saya terlalu rindu menulis, sampai memilih kesederhanaan di aplikasi ini. Juga rindu membaca buku ini-itu. Rindu teman-teman yang juga suka baca-tulis. Rindu berbagi kisah hidup, pengalaman, atau pengetahuan menarik lainnya. Yang ini seperti kehilangan banyak hal. Terlalu banyak pengetahuan yang hilang dan terlupakan. Rindu membaca, rindu menulis. Satu-satunya minat yang saya punya, tapi berhenti saya jalani karena kehilangan rasa. Rindu saja. Karena tak membaca, tak menulis, membuat saya jadi hidup tak hidup. Dan ini serius.

Rindu pada teman-teman yang luput diperhatikan. Percayalah, 24 jamku sungguh masih kurang, meski dalam pandangan kalian saya hanya bersantai di rumah atau sesekali keluar berkeliling dengan pacar. Rindu Tria, yang maaf sering tidak total lagi kuperhatikan saat dia butuh teman bercerita. Sungguh maaf. :( Rindu Mitha dan Mini, rindu mau peluk :( Rindu melihat langsung ekspresi mereka kalau berbagi cerita. Rindu minta nasehat ini-itu kalau saya bercerita. Rindu geng pengurus dan kawan-kawan yang ditinggal kawan-kawannya yang lain KKN lebih dulu, waktu itu. Armas, Acho, Paris, Sigit, Lucky, Angga, dan Mini juga. Waktu singkat yang buat saya sadar, saya punya banyak saudara tak kandung yang pantas untuk diperjuangkan! Juga Kidung, Maya, Jejen, Liri, dan bu Mifda dengan cerita-cerita sederhana tapi bikin rindu juga. :(

Rindu teman KKN, teman menginap serumah selama dua bulan. Yang beberapa sudah menikah, dan saya sadar 'jarak' keakraban teman yang kau lihat sedari bangun sampai tidur lagi, tidak akan sama lagi. Belum lagi, satu yang 'terdekat' sudah berjarak jauh sekarang ini. Dengan tujuan hidup, karir dan percintaannya membuat saya yakin dia jadi menetap di sana. Tenri! Juga rindu suasananya. Rumahnya mamak aji yang berasa rumah sendiri. Kampung orang yang berasa kampung sendiri. Rindu :(

Rindu Irma, sahabat sedari SD yang hilang karena beberapa kali tak kubalas kembali pesannya, waktu dia menghubungiku duluan. Dan dia hilang. Dan saya belum minta maaf karena terlalu sibuk dengan diriku sendiri. :( Juga Arah dan Dila. Teman jalan-jalan yang tak lagi sebebas dulu kupenuhi ajakan ketemuannya. :(

Rindu kampus. Suasana keakrabannya. Teman, kenalan, di mana-mana. Maksud saya, temannya temanmu, kenalannya temanmu, yang akhirnya memperluas teman-teman yang tak kau tahu asal pertemanannya. Lupa, lebih tepatnya. Rindu kakak-kakak juga adik-adik KOSMIK yang dikenal akrab. Karena cuma bisa heboh sama mereka. Dan cuma bisa diam-diaman sama adik-adik yang baru, karena belum bisa move on dari keakraban dengan orang-orang sebelumnya. Rindu perjalanan jauh NURANI, FIGUR, Hunting Wisata, yang membuat saya jadi pergi ke banyak tempat. Bertualang meski tidak keluar provinsi. Rindunya jalan-jalan, sama cerita konyol perjalanan, sama saling memperhatikan dengan teman seperjalanan :( Rindu memperhatikan dan diperhatikan teman-teman, adik-adik, dan kakak-kakak yang bahkan masih saya rasakan waktu mau menyelesaikan kuliah belum lama ini. Serius rindu :(

Rindu ex-POEXT. Teman-teman SMA yang tak pernah hilang dan masih berhubungan sampai sekarang. Tapi, cuma bisa bertemu sekali setahun, pasca lebaran kalau mereka berkunjung ke rumah. Agang-agang ini juga suka bertualang, jelajah Sulawesi. Tapi, baru sesekali saya ikut pergi jauh. Setelah Pulau Khayangan yang akhirnya kuinjak pertama kali, bersama mereka. Juga perjalanan sehari ke pantai-pantai Bantaeng. Pergi subuh pulang sesudah isya-nya yang bikin serunya seperti melompati dua tempat yang jauh dalam waktu singkat. Rindu :(

Terakhir... rindu dengan diriku sendiri. Entah kenapa. Rasanya, seperti menjalani cerita kehidupan yang bukan saya pemerannya. Seperti tak lagi mengenali diriku sendiri. Ataukah mungkin, diri yang hari ini adalah sebenar-benarnya diri yang tak kukenali dulu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas di Luar Kebiasaan

 Halo, saya Rizka. Seorang istri dan ibu dari sepasang putra dan putri yang lagi lucu-lucunya. Dua anak cukup? Biasanya, keseharian saya hanyalah mengurus rumah tangga. Seperti ibu muda biasanya. Yang kemudian selama lebih dari setahun belakangan, mencoba beraktivitas di luar kebiasaan. Ini tak mudah, meskipun sekarang lebih mudah rasanya. Kenapa? Ada dua kenapa dan kenapa.  Kenapa saya masih menginginkan aktivitas lain di luar kebiasaan menjadi ibu rumah tangga? Saya mungkin masih bisa leyeh-leyeh di rumah. Menikmati empuknya pembaringan serta hembusan angin dari kipas angin listrik di sudut kamar, atas nama istirahat sejenak. Dari kesibukan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak saya. Tapi, seorang yang sangat bisa menikmati waktu santai dengan begitu seriusnya, juga sangat bisa bosan. Jadi, intinya adalah kebosanan itu sendiri. Yang bahkan semua cara untuk membunuh rasa bosan ini, sudah jadi aktivitas yang membosankan.  Bukan saya tak mencintai suami dan anak-anakku t...

Kehilangan, Sebuah Fase Hidup

Kehilangan adalah bagian akhir dari proses memiliki sesuatu. Atau, melepas sesuatu yang pernah kau sebut punyamu. Punyaku. Punya kita. Setidaknya, kehilangan ini hadir dalam bentuk perasaan. Seperti kutipan lirik lagu yang Letto punya, "Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya." Kehilangan bisa berarti berakhirnya kehidupan yang pernah kita bangun bersama. Atau juga, berarti memulai kehidupan yang baru, dengan orang-orang lainnya.  Saya pernah kehilangan. Sering. Dan seringnya tak punya nyali untuk meminta kembali apa yang pernah saya miliki itu kembali. Nyali atau sekedar gengsi? Bagi saya, meninggalkanku berarti kau kehilanganku. Tak ada jalan kembali. Rasaku tak akan pernah sama ketika kau kembali memilihku. Karena saya tak akan terima kau memilihku setelah pernah meninggalkanku ketika saya memilihmu dulu. Mengerti? Saya pun tak mengerti kenapa bisa jadi seperti itu. Sekarang, saya tak sedang bercerita tentang kau dan kau yang ternyata kem...

Perempuan Tangguh

Pernah saya dan beberapa teman mendapat julukan ini. bersama tiga teman seangkatan di kampus dan dua kakak di sana. Agak beresiko memang, dengan kata-kata itu. Karena sesungguhnya kami (sepertinya) hanyalah mencoba terlihat tangguh. Kami juga bukan superhero yang harus membantu kaum yang lemah. Apalah kami yang membantu diri sendiri saja sudah sulit. Atau itu hanya perasaanku saja. Pada akhirnya mereka jadi tangguh dengan cara mereka sendiri. Semoga aku pun sama. Update 2019... Tak semua dari mereka masih dekat denganku sekarang ini. Secara komunikasi, hanya dua dari mereka. Secara fisik, tak satu pun dari mereka dengan mudah kutemui saar ini. Apa jadinya kami kalau bertemu lagi? Mungkin akan mudah meski hanya bertanya kabar terkini tentang keadaan kami masing-masing. Agak merindukan mereka... Merindukan rasa tangguh seolah kami benar-benar tangguh Karena sesungguhnya saya hanya sedang rapuh saat ini Mungkin sedikit atmosfer di antara mereka bisa menularkan ketangguhan ...