Ada seorang perempuan yang mungkin sering membuatmu kesal. Kesal karena sifat keras kepalanya. Sampai kau merasa dia tak pernah membutuhkanmu.
Dia yang selalu bisa membuka sendiri botol minumannya. Kalau pun sulit, dia tak akan meminta bantuanmu sampai dia bisa membukanya. Dia yang akan menolak tawaranmu untuk membantu memarkir sepeda motornya. Kalau pun sulit, dia masih juga menolaknya sampai dia selesai melakukannya. Dia yang masih segan kau bayarkan makan dan minumnya. Sampai kau mungkin merasa dia benar-benar tak membutuhkanmu.
Semua hanya karena dia terbiasa melakukan semuanya sendiri. Sama sekali bukan untuk menolak bantuanmu. Apalagi menjatuhkan harga dirimu sebagai lelaki. Dia masih tak terbiasa dengan kehadiranmu. Belum terbiasa membagi bebannya denganmu. Juga karena tak pernah membiarkan dirinya tergantung dengan kehadiran orang lain.
Tapi, salahkah kalau harus terus bersikap seperti biasanya? Seolah terlalu kuat dan sama sekali tak membutuhkanmu. Ataukah harus berpura-pura lemah biar kau senang? Biar kau merasa dibutuhkan. Biar dia tergantung dengan kehadiranmu.
Dia tetap terlihat seperti tak membutuhkanmu.
Padahal, kau tak tahu saja kalau kehadiranmu seperti melengkapinya.
Dan kehilanganmu, seperti kehilangan separuh dirinya.
Dia tetap membutuhkanmu entah untuk apa.
Dia tetap suka berbicara denganmu entah untuk membicarakan apa.
Dia tetap nyaman berdekatan denganmu entah karena apa.
Kemudian kau memilih meninggalkannya. Mungkin karena tak tahan dengan sikapnya. Mungkin juga karena tak pernah benar-benar nyaman dengannya. Masih berpikir dia tak membutuhkanmu? Benar. Karena tanpanya kau tak apa. Dan, ternyata tanpamu dia baik-baik saja.
Dia yang selalu bisa membuka sendiri botol minumannya. Kalau pun sulit, dia tak akan meminta bantuanmu sampai dia bisa membukanya. Dia yang akan menolak tawaranmu untuk membantu memarkir sepeda motornya. Kalau pun sulit, dia masih juga menolaknya sampai dia selesai melakukannya. Dia yang masih segan kau bayarkan makan dan minumnya. Sampai kau mungkin merasa dia benar-benar tak membutuhkanmu.
Semua hanya karena dia terbiasa melakukan semuanya sendiri. Sama sekali bukan untuk menolak bantuanmu. Apalagi menjatuhkan harga dirimu sebagai lelaki. Dia masih tak terbiasa dengan kehadiranmu. Belum terbiasa membagi bebannya denganmu. Juga karena tak pernah membiarkan dirinya tergantung dengan kehadiran orang lain.
Tapi, salahkah kalau harus terus bersikap seperti biasanya? Seolah terlalu kuat dan sama sekali tak membutuhkanmu. Ataukah harus berpura-pura lemah biar kau senang? Biar kau merasa dibutuhkan. Biar dia tergantung dengan kehadiranmu.
Dia tetap terlihat seperti tak membutuhkanmu.
Padahal, kau tak tahu saja kalau kehadiranmu seperti melengkapinya.
Dan kehilanganmu, seperti kehilangan separuh dirinya.
Dia tetap membutuhkanmu entah untuk apa.
Dia tetap suka berbicara denganmu entah untuk membicarakan apa.
Dia tetap nyaman berdekatan denganmu entah karena apa.
Kemudian kau memilih meninggalkannya. Mungkin karena tak tahan dengan sikapnya. Mungkin juga karena tak pernah benar-benar nyaman dengannya. Masih berpikir dia tak membutuhkanmu? Benar. Karena tanpanya kau tak apa. Dan, ternyata tanpamu dia baik-baik saja.
Komentar
Posting Komentar