Libur panjang setelah KKN rasanya saya semakin malas berbuat apa saja. Sebenarnya ini bukan waktu untuk liburan panjang, tapi masa untuk menyelesaikan studi. Tapi, rasanya masih butuh waktu lama untuk itu. Masih ada kuliah yang perlu diselesaikan. :D
Beberapa teman masih sering mengajak saya untuk bertemu akhir-akhir ini. Beberapa teman lainnya sedang sibuk fokus menyelesaikan studinya. *Ummm.. Armita Amelia juga ujian meja hari ini. :) Yang lain juga mengejar masa depannya bagi yang studinya sudah beres sementara ini. Sebenarnya masih banyak teman yang bisa ditemui saat sekali-sekali ke kampus. Tapi, rasanya begitu aneh. Mendapati mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Sementara saya yang masih dalam ketidakjelasan judul tugas akhir merasa semakin tak enak hati melihat mereka berlalu-lalang. *nyesek. Tapi, saya tak sendiri. Masih ada teman-teman yang belum bergerak menyelesaikan studi. Juga adik-adik yang menemani di kampus. *hahaha
Saya masih tetap disini. Memang sudah berusaha mengejar. Tapi, kenapa begitu sulit rasanya? Saya ditekan rasa takutuntuk tidak menjadi apa-apa seusai menyelesaikan studi ini. Masih merasa kemampuan saya belum cukup untuk bisa mengandalkan diri sendiri meraih sukses masa depan saya. Saya begitu takut sampai kebingungan harus berbuat apa.
Saya bersyukur ibu saya sangat pengertian soal ini. Meskipun juga ada kekhawatiran yang tergambar jelas di wajahnya. Tentang putri bungsunya yang terlihat jauh beda dengan putri sulungnya. Sulungnya berhasil menyelesaikan studi delapan semester. Itupun sudah sarjana di awal semester. Sisanya formalitas. Bungsunya? -_-
Berkali-kali beliau malah menenangkan saya. “Teman-temanmu saja bisa. Nanti juga pasti bisa.” Mungkin berbeda dengan teman-teman lain yang mendapat desakan dari segala penjuru. Hhehehe. Tapi, ini khusus ibu saya. Hanya beliau yang berpandangan seperti itu. Kakak, nenek, tante, oom, tetangga, semua orang di sekitar sudah mulai menanyakan, “Kapan lulus?” Kujawab saja, “Insya Allah tahun ini.” Sambil senyum :) Saya tidak tega mengatakan yang sebenarnya. -_- Saya sudah cukup depresi hanya dengan tatapan mereka, apalagi dengan pertanyaan itu. Belum lagi perkataan kakak saya, “Terakhir kuliah semester ini kan?” Kuiyakan saja. Sambil minta maaf dalam hati. -_-
Semua terasa begitu menekan kebebasan saya memilih waktu untuk lulus. Kecuali ibu saya. Tapi, bukankah pendapat ibu yang terpenting? Ah.. jadi tambah sayaaaaaaaaaang. :D Beliau ini terlalu sayang saya sampai tidak bisa melihat saya pusing biarpun sedikit. Sayangnya, saya malah dimanjakan dengan sikap ibu ini. :) Saya akan berjuang demi beliau! :')
Saya dalam proses bergerak. Blangko judul sudah diambil. Tinggal cari judul, konsultasi, kerjakan! Masih panjang yak?! Setidaknya saya sudah mau mencoba. :* Semangat untuk Saya!!! \^_^/
Beberapa teman masih sering mengajak saya untuk bertemu akhir-akhir ini. Beberapa teman lainnya sedang sibuk fokus menyelesaikan studinya. *Ummm.. Armita Amelia juga ujian meja hari ini. :) Yang lain juga mengejar masa depannya bagi yang studinya sudah beres sementara ini. Sebenarnya masih banyak teman yang bisa ditemui saat sekali-sekali ke kampus. Tapi, rasanya begitu aneh. Mendapati mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Sementara saya yang masih dalam ketidakjelasan judul tugas akhir merasa semakin tak enak hati melihat mereka berlalu-lalang. *nyesek. Tapi, saya tak sendiri. Masih ada teman-teman yang belum bergerak menyelesaikan studi. Juga adik-adik yang menemani di kampus. *hahaha
Saya masih tetap disini. Memang sudah berusaha mengejar. Tapi, kenapa begitu sulit rasanya? Saya ditekan rasa takut
Saya bersyukur ibu saya sangat pengertian soal ini. Meskipun juga ada kekhawatiran yang tergambar jelas di wajahnya. Tentang putri bungsunya yang terlihat jauh beda dengan putri sulungnya. Sulungnya berhasil menyelesaikan studi delapan semester. Itupun sudah sarjana di awal semester. Sisanya formalitas. Bungsunya? -_-
Berkali-kali beliau malah menenangkan saya. “Teman-temanmu saja bisa. Nanti juga pasti bisa.” Mungkin berbeda dengan teman-teman lain yang mendapat desakan dari segala penjuru. Hhehehe. Tapi, ini khusus ibu saya. Hanya beliau yang berpandangan seperti itu. Kakak, nenek, tante, oom, tetangga, semua orang di sekitar sudah mulai menanyakan, “Kapan lulus?” Kujawab saja, “Insya Allah tahun ini.” Sambil senyum :) Saya tidak tega mengatakan yang sebenarnya. -_- Saya sudah cukup depresi hanya dengan tatapan mereka, apalagi dengan pertanyaan itu. Belum lagi perkataan kakak saya, “Terakhir kuliah semester ini kan?” Kuiyakan saja. Sambil minta maaf dalam hati. -_-
Semua terasa begitu menekan kebebasan saya memilih waktu untuk lulus. Kecuali ibu saya. Tapi, bukankah pendapat ibu yang terpenting? Ah.. jadi tambah sayaaaaaaaaaang. :D Beliau ini terlalu sayang saya sampai tidak bisa melihat saya pusing biarpun sedikit. Sayangnya, saya malah dimanjakan dengan sikap ibu ini. :) Saya akan berjuang demi beliau! :')
Saya dalam proses bergerak. Blangko judul sudah diambil. Tinggal cari judul, konsultasi, kerjakan! Masih panjang yak?! Setidaknya saya sudah mau mencoba. :* Semangat untuk Saya!!! \^_^/
Tunggu dulu ketawaka dlu nah sebelum komentar (haha)(haha).
BalasHapusSaya juga jadi pembeda diantara bersaudaraka. Kadang-kadang perlu pembeda di setiap hubungan persaudaraan supaya nd monoton ki karakterna anak-anaknya ortu.
Cuman biasanya pembeda itu kalau bukan pembeda yang lebih baik diantara smuanya atau malah sebaliknya.
Tinggal dipilih mau jadi pembeda yang mana?
Bagaimana kalo dirimu gaul-gaul sedikit sm bukunya Steven Covey supaya bisa menapaki hidup dengan lebih optimis (cozy)
**sudahmi dech...panjangmi kutulis** (ninja)
Deh..Ica.. naketawaika..(lonely)
Hapushhahahaha.. oke sip!! siap dicari bukunya. terlalu pesimis ka memang akhir-akhir ini kayaknya..(okok) ma'aciiiih!!(cozy)